kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UNICEF menyerukan agar sekolah dibuka kembali di negara-negara yang dilanda pandemi


Kamis, 16 September 2021 / 13:46 WIB
UNICEF menyerukan agar sekolah dibuka kembali di negara-negara yang dilanda pandemi
ILUSTRASI. Sejumlah siswa-siswi SD Negeri 10 Cideng, jakarta, Senin (30/8/2021) mengikuti proses pembelajaran tatap muka.


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - MANILA. Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa UNICEF mendesak otoritas pendidikan untuk membuka kembali sekolah sesegera mungkin di negara-negara yang terkena pandemi Covid-19. UNICEF menyebut, jutaan siswa masih tidak diizinkan untuk kembali ke ruang kelas selama 18 bulan.

Sekolah di sekitar 17 negara tetap ditutup sepenuhnya. Sementara sekolah di 39 negara tetap ditutup sebagian, menurut laporan yang dirilis oleh UNICEF pada hari Kamis.

Di antara mereka yang "hampir sepenuhnya ditutup" adalah sekolah yang biasanya dihadiri oleh hampir 77 juta siswa di Filipina, Bangladesh, Venezuela, Arab Saudi, Panama, dan Kuwait.

Baca Juga: Bisa jadi pelajaran! Wabah Covid-19 terbaru China terkait dengan sekolah dasar

Hampir sepertiga dari angka ini dicatat oleh Filipina. Negara kepulauan ini memerangi salah satu wabah virus corona terburuk di Asia dan di mana tahun ajaran baru dimulai minggu ini.

"Krisis pendidikan masih ada di sini, dan setiap hari ruang kelas tetap gelap, kehancuran semakin parah," kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore. Murid dari enam negara mewakili lebih dari setengah dari 131 juta siswa di seluruh dunia yang telah melewatkan lebih dari tiga perempat dari pembelajaran langsung mereka, kata UNICEF. 

Laporan UNICEF menyebut, guru harus diprioritaskan untuk vaksin Covid-19, setelah petugas kesehatan dan mereka yang paling berisiko, untuk melindungi mereka dari penularan komunitas. 

Siswa mungkin lebih aman di rumah, tetapi ketersediaan komputer, ponsel, dan internet, serta kualitas pendidikan yang tidak merata, adalah salah satu tantangan yang harus dihadapi. Di Filipina, beberapa anak dipaksa naik ke atap hanya untuk mendapatkan sinyal internet.

Baca Juga: Filipina akan menguji coba sistem lockdown lokal di wilayah ibukota Manila

Pada bulan Juni, Presiden Rodrigo Duterte menolak proposal untuk mengizinkan kelas tatap muka dilanjutkan di beberapa daerah. "Saya tidak bisa bertaruh pada kesehatan anak-anak," kata Duterte ketika itu.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada bulan April, Bank Pembangunan Asia memperkirakan penutupan sekolah yang berlangsung lebih dari satu tahun dapat memangkas pendapatan di masa depan di antara para siswa di kawasan itu sebanyak US$ 1,25 triliun, atau setara dengan 5,4% dari PDB pada tahun 2020.

UNICEF dan mitranya menutup saluran digital mereka selama 18 jam pada hari Kamis untuk menarik perhatian pada krisis dan 18 bulan pembelajaran yang hilang.

"Ini adalah krisis yang tidak akan kami biarkan dunia abaikan," kata Fore dari UNICEF. "Saluran kami diam, tetapi pesan kami keras: Setiap komunitas, di mana pun harus membuka kembali sekolah sesegera mungkin," pungkas Fore.

Baca Juga: Perangi wabah baru COVID-19, kota di China ini larang penduduk keluar kota




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×