Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KONTAN.CO.ID - RABAT. Gelombang protes pemuda di Maroko kian memanas. Dua orang dilaporkan tewas dan sejumlah lainnya luka-luka di Lqliaa, dekat Agadir, setelah aparat keamanan melepaskan tembakan untuk mencegah sekelompok demonstran merebut senjata, Rabu (1/10) malam waktu setempat.
Awalnya, aksi ini digerakkan oleh kelompok pemuda anonim bernama GenZ 212 yang menyerukan reformasi sosial, khususnya perbaikan layanan pendidikan dan kesehatan.
Aksi mereka diorganisir secara daring lewat TikTok, Instagram, dan aplikasi gim Discord.
Baca Juga: Putin Klaim Rusia Menang dalam 'Pertempuran yang Benar' di Ukraina
Menurut otoritas setempat, aparat terpaksa menggunakan senjata api setelah gas air mata gagal membubarkan massa yang menyerang markas gendarmerie.
Massa yang bersenjatakan pisau juga membakar sebagian fasilitas serta sebuah kendaraan milik aparat.
Gerakan GenZ 212 terinspirasi oleh aksi serupa di Asia dan Amerika Latin. Jumlah anggota server Discord mereka melonjak tajam dari 3.000 pekan lalu menjadi lebih dari 130.000 saat ini.
Situasi makin tidak terkendali pada Selasa (30/9) malam. Kementerian Dalam Negeri Maroko mencatat 263 aparat dan 23 warga sipil terluka dalam bentrokan.
Sebanyak 409 orang ditangkap, dengan 193 di antaranya akan segera diadili atas tuduhan termasuk pembakaran dan penyerangan aparat.
Baca Juga: Shutdown Pemerintah AS Timbulkan Ketidakpastian, Dampak ke Ekonomi Tak Signifikan
Meluas ke Berbagai Kota
Kekerasan merebak di berbagai kota. Di Salé, dekat Rabat, pemuda melempari polisi dengan batu, menjarah toko, membakar bank, dan membakar kendaraan polisi. Di Tangier, massa juga terlibat bentrokan dengan aparat.
Kawasan Souss di selatan Agadir menjadi titik paling parah. Di Sidi Bibi, massa membakar kantor pemerintahan lokal dan memblokir jalan utama. Di Biougra, sebuah bank dijarah dan sejumlah toko rusak.
Di Marrakesh, kota wisata utama, media lokal LeDesk melaporkan massa membakar kantor polisi. Sementara di Taroudant, demonstran bentrok dengan aparat dan membakar mobil.
Meski begitu, sejumlah aksi berlangsung damai. Di Casablanca, Oujda, dan Taza, ribuan orang turun ke jalan menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Aziz Akhannouch sambil meneriakkan slogan anti-korupsi.
Baca Juga: Maroko Diguncang Protes Pemuda: Bentrok dengan Polisi Masuki Hari Kelima
Akar Masalah Sosial-Ekonomi
Gelombang protes ini berawal dari keluhan atas kondisi rumah sakit di Agadir yang dinilai buruk. Dari sana, aksi cepat menyebar ke berbagai kota besar maupun kecil.
Maroko saat ini menghadapi tingkat pengangguran 12,8%, dengan pengangguran pemuda mencapai 35,8% dan 19% di kalangan lulusan perguruan tinggi.
Sejatinya, Maroko kerap mengalami protes damai terkait kesenjangan ekonomi dan sosial. Namun, eskalasi kali ini disebut yang paling serius sejak demonstrasi besar-besaran di wilayah Rif pada 2016–2017.
Baca Juga: Taiwan Tegaskan Tolak Skema Produksi Chip 50-50 dengan AS
Kementerian Dalam Negeri menegaskan pemerintah tetap menghormati hak berunjuk rasa dalam koridor hukum, sekaligus menjanjikan aparat akan bertindak dengan “pengendalian diri dan tanpa provokasi.”
Di sisi lain, GenZ 212 menyatakan melalui akun media sosialnya bahwa mereka menolak kekerasan dan hanya berkonflik dengan pemerintah, bukan dengan aparat keamanan.