Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - YEREVAN. Armenia, Azerbaijan dan Rusia mengatakan mereka telah menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri konflik militer di wilayah Nagorno-Karabakh setelah lebih dari sebulan pertumpahan darah.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan penandatanganan di media sosial pada dini hari Selasa dan Kremlin dan presiden Azerbaijan Ilham Aliyev kemudian mengkonfirmasi berita tersebut.
"Pernyataan trilateral yang ditandatangani akan menjadi poin (penting) dalam penyelesaian konflik," kata Aliyev dalam pertemuan online yang disiarkan televisi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca Juga: Rusia kirimkan pasukan perdamaian untuk amankan Nagorno-Karabakh
Putin mengatakan pasukan penjaga perdamaian Rusia akan dikerahkan di sepanjang garis depan di Nagorno-Karabakh dan koridor antara wilayah tersebut dan Armenia.
Arayik Harutyunyan, pemimpin wilayah Nagorno-Karabakh, mengatakan bahwa dia memberikan persetujuan "untuk mengakhiri perang secepat mungkin".
Deklarasi tersebut menyusul pertempuran sengit selama enam minggu dan kemajuan pasukan Azerbaijan. Baku mengatakan pada Senin bahwa pihaknya telah merebut lusinan permukiman lagi di Nagorno-Karabakh, sehari setelah mengumumkan kemenangan dalam pertempuran untuk memperebutkan kota terbesar kedua di daerah kantong itu.
"Keputusan dibuat berdasarkan analisis mendalam dari situasi pertempuran dan dalam diskusi dengan para ahli terbaik di bidangnya," kata Perdana Menteri Pashinyan.
“Ini bukan kemenangan tapi tidak ada kekalahan sampai Anda menganggap diri Anda kalah. Kami tidak akan pernah menganggap diri kami dikalahkan dan ini akan menjadi awal baru dari era persatuan dan kelahiran kembali nasional kami," lanjut dia.
Baca Juga: Vladimir Putin rombak kabinet, di tengah isu pengunduran diri
Pengunjuk rasa Armenia berbaris ke kediaman resmi perdana menteri di Yerevan setelah gencatan senjata diumumkan, kata outlet berita lokal Norlur.am. Video yang terlihat di media sosial menunjukkan kerumunan orang di dalam gedung, tetapi lokasi perdana menteri tidak jelas.
Pertempuran Nagorno-Karabakh telah menimbulkan kekhawatiran akan perang regional yang lebih luas, dengan Turki mendukung sekutunya Azerbaijan, sementara Rusia memiliki pakta pertahanan dengan Armenia dan pangkalan militer di sana.