kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Utusan AS: Dugaan Pengiriman Senjata Korea Utara dan Rusia Sangat Berbahaya


Kamis, 19 Oktober 2023 / 06:28 WIB
Utusan AS: Dugaan Pengiriman Senjata Korea Utara dan Rusia Sangat Berbahaya
ILUSTRASI. Perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara Sung Kim mengkritik hubungan antara Korea Utara dan Rusia sebagai suatu hal yang berbahaya. KCNA via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA/SEOUL. Pada Selasa (17/10/2023), perwakilan Khusus AS untuk Korea Utara Sung Kim mengkritik hubungan antara Korea Utara dan Rusia sebagai suatu hal yang "sangat mengkhawatirkan". 

Kondisi ini terjadi setelah Gedung Putih mengatakan pada pekan lalu bahwa Pyongyang melakukan pengiriman senjata kepada Rusia baru-baru ini.

Mengutip Reuters, berbicara kepada wartawan setelah pertemuan dengan rekan-rekannya dari Korea Selatan dan Jepang di Jakarta, Kim menyebut pengiriman senjata antara kedua negara “berbahaya” dan “mengganggu stabilitas” dan menegaskan kembali komitmen AS untuk melindungi sekutu-sekutunya.

“Pada saat yang sama, kami akan melanjutkan upaya kami untuk melawan WMD (senjata pemusnah massal) dan rudal balistik yang melanggar hukum milik DPRK,” kata Kim dalam sebuah pengarahan. 

DPRK adalah inisial nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.

Pertemuan tersebut terjadi beberapa hari setelah tuduhan baru Amerika Serikat bahwa Korea Utara baru-baru ini memberikan Rusia pengiriman senjata dalam jumlah besar, yang menurut mereka merupakan indikasi perluasan hubungan militer antara kedua negara.

Baca Juga: Soal Korea Utara, Rusia Tegaskan Tidak Melanggar Sanksi PBB

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan perjalanan yang jarang terjadi ke Rusia untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin bulan lalu. Kondisi tersebut meningkatkan kekhawatiran bahwa mereka dapat menopang militer Rusia di Ukraina. Sebagai imbalannya, Korea Utara memperoleh teknologi rudal yang dilarang berdasarkan resolusi PBB.

Menurut media pemerintah Korea Utara KCNA dan kementerian luar negeri Rusia, Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov, bakal mengunjungi Korea Utara pada minggu ini.

Kerjasama 3 negara

Sementara itu, sebagai tanda lebih lanjut dari meningkatnya kerja sama keamanan trilateral, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang telah menyelesaikan pekerjaan hotline komunikasi tiga arah. Hal tersebut diberitakan kantor berita Yonhap pada hari Selasa dengan mengutip seorang pejabat senior Seoul.

Para pemimpin ketiga negara mengumumkan komitmen untuk saling berkonsultasi pada saat krisis pada pertemuan puncak di Camp David pada bulan Agustus.

Uji teknis sistem telah selesai, kata Yonhap, mengutip sumber anonim. Hotline ini akan digunakan oleh para pemimpin atau penasihat keamanan nasional utama mereka pada saat terjadi krisis keamanan.

Kementerian luar negeri Korea Selatan tidak segera mengkonfirmasi laporan tersebut.

Baca Juga: Korea Selatan Menduga Ada Aliran Senjata Korea Utara Menuju Hamas

Pada hari Selasa, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berjanji untuk meningkatkan industri pertahanan sebagai bagian penting dari strategi keamanan nasional.

Pyongyang telah berulang kali mengkritik Amerika Serikat atas penempatan aset-aset strategis di wilayah tersebut, termasuk kedatangan kapal induk Amerika baru-baru ini, dan menyebutnya sebagai sebuah aksi provokasi.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×