Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
BUENOS AIRES. Mantan diktator Argentina, Jenderal Jorge Rafael Videla, meninggal dunia pada Jumat (17/05) waktu setempat, saat menjalani proses hukuman di sebuah penjara setempat.
Jasad Videla saat ini sedang di otopsi di sebuah rumah sakit di Buenos Aires setelah diketahui meninggal dunia di ruangan selnya pada usia 87 tahun.
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Argentina mengatakan, Videla meninggal dunia karena sebab alamiah.
Videla, yang berkuasa antara 1976 dan 1981, sedang menjalani hukuman seumur hidup atas pelanggaran HAM yang dilakukan di tengah periode waktu yang dijuluki sebagai 'Perang Kotor' di Argentina.
Putusan itu diambil pada 2010 lalu untuk kasus penyiksaan dan kematian 31 orang pembangkang selama pemerintahan rezim militer.
Ratusan bayi terpisah dari keluarga
Sebagian besar dakwaan baru terkait dengan penemuan dan identifikasi kerangka manusia oleh tim ahli forensik.
Tim tersebut bisa mengenali jasad orang-orang yang dianggap korban di makam yang tidak ditandai di beberapa kompleks kuburan di Buenos Aires.
Namun pada pertengahan 2012 lalu, pengadilan di Buenos Aires kembali menghukum Jorge Videla 50 tahun pidana penjara, dalam kasus pencurian secara sistematis ratusan bayi dari orang tuanya yang menjadi tahanan politik di masa rezim militer berkuasa.
Jorge Videla saat mengikuti persidangan atas dirinya, Juli 2012 lalu. Setidaknya ada 400 bayi diduga diambil paksa dari orangtuanya yang menjadi tahanan politik di masa rezim militer berkuasa.
Tetapi ketika rezim ini runtuh, sebagian besar mereka kemudian bersatu kembali dengan keluarga biologis mereka.
Sebuah kelompok yang menamakan diri sebagai 'The Grandmothers of the Plaza de Mayo', yang selama ini aktif memperjuangkan kasus pencurian bayi ini, meyakini ada ratusan bayi yang diculik selama rezim militer bertampuk di kursi kekuasaan.
Pernah dibebaskan
Pada 1985, Videla dihukum penjara seumur hidup atas pembunuhan 66 orang dan penyiksaan 93 orang lain. Namun, dia dipenjara hanya selama lima tahun, karena Presiden Carlos Menem memberikan pengampunan untuknya dan beberapa pemimpin lain.
Tahun 2009, dia kembali dijebloskan ke penjara setelah pengadilan membatalkan pengampunan untuknya dengan alasan pengampunan itu tidak konstitusional. Puluhan ribu orang hilang dan dibunuh selama masa kepemimpinan militer di Argentina.
Kelompok penggiat HAM mengatakan, selama pemerintahan militer, yang dikenal sebagai "Perang Kotor", sekitar 30.000 orang tewas atau dihilangkan oleh militer dalam rangka kampanye melawan aktivis oposisi dan gerilyawan sayap kiri.