Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, menjadi sorotan setelah kekalahannya dalam pemilu presiden 2024 melawan Donald Trump.
Pernyataan publiknya dalam sebuah video yang viral memicu beragam reaksi dan analisis mendalam.
Pada November 2024, Kamala Harris yang mewakili Partai Demokrat harus menerima kekalahan dari Donald Trump, kandidat Partai Republik yang berhasil memenangkan suara elektoral, suara populer, serta tujuh negara bagian kunci.
Kekalahan ini menjadi pukulan berat bagi Partai Demokrat setelah perjuangan panjang mereka dalam kampanye pemilu.
Baca Juga: Hanya dengan Satu Tweet Enam Kata, Elon Musk Buat Saham Tesla Anjlok Rp 221 Triliun
Video Viral: Pernyataan Kamala Harris kepada Para Pendukungnya
Beberapa minggu setelah kekalahannya, akun resmi Partai Demokrat di platform media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) memposting sebuah klip berdurasi 28 detik yang diambil dari panggilan video Harris kepada para donatur. Dalam video tersebut, Harris menyampaikan pesan motivasi kepada para pendukungnya:
"Saya hanya ingin mengingatkan Anda: Jangan pernah biarkan siapa pun mengambil kekuatan Anda. Anda memiliki kekuatan yang sama seperti sebelum 5 November, dan Anda memiliki tujuan yang sama. Jangan biarkan keadaan apa pun mengambil kekuatan Anda."
Video ini dengan cepat menjadi viral, ditonton lebih dari 8,4 juta kali, diunggah ulang sebanyak 6.400 kali, dan mendapatkan 11.000 suka. Namun, reaksi publik terhadap video ini beragam. Beberapa pihak mempertanyakan keputusan untuk mempublikasikan video tersebut, sementara yang lain mengkritisi gaya penyampaian Harris.
Vice President @KamalaHarris’ message to supporters. pic.twitter.com/x5xMUGTtkz — The Democrats (@TheDemocrats) November 26, 2024
Reaksi Publik dan Komentar Para Pengamat
Berbagai komentar bermunculan di media sosial. Mantan staf Gedung Putih di era Trump, Ben Williamson, menulis, "Saya ingin membaca artikel sepanjang 5.000 kata tentang bagaimana video ini bisa disetujui untuk dirilis." Sementara itu, Steve Guest, mantan penasihat komunikasi Senator Ted Cruz, memberikan respons singkat, "Sama."
Fox News melalui kontributor Joe Concha mengomentari, "Sepertinya kalian tidak ingin mempromosikan ini. Ada sesuatu yang, ummm, aneh dengan video ini."
Di sisi lain, Benny Johnson, komentator politik konservatif, memposting versi video lengkap berdurasi 10 menit di mana Harris memberikan penghormatan kepada Gubernur Minnesota, Tim Walz, yang menjadi pasangannya dalam kampanye, serta kepada pendukung kunci lainnya.
Johnson mencatat dalam keterangan videonya bahwa Harris telah "menghabiskan lebih dari $1,4 miliar dana donatur untuk kampanye yang gagal."
Baca Juga: Yellen Keras Peringatkan Tim Ekonomi Trump Mendatang, Jangan Ganggu Pengawasan Bank!
Isi Video Lengkap: Apa yang Disampaikan Kamala Harris?
Dalam video berdurasi 10 menit tersebut, Harris memberikan penghormatan kepada para pendukung dan menekankan pencapaian kampanye mereka, meskipun hasilnya tidak sesuai harapan:
"Hasil pemilu ini jelas bukan yang kita inginkan. Namun, saya bangga dengan perjuangan kita dan peran Anda semua yang sangat krusial. Apa yang kita capai dalam 107 hari terakhir adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya."
Harris juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada hampir 4 juta donatur baru yang berkontribusi dalam kampanyenya. Meski begitu, ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut terkait alasan kekalahan atau tanggapan terhadap kritik yang diterimanya.
Baca Juga: China Siapkan Senjata Melawan Tarif Donald Trump, Ini yang Akan Dilakukan
Analisis Strategi Kampanye Harris: Pandangan dari Timnya
Stephanie Cutter, penasihat kampanye Harris, dalam wawancara di podcast Pod Save America menjelaskan bahwa Harris memilih untuk tetap setia pada tradisi "kesetiaan wakil presiden terhadap presiden."
Menurut Cutter, Harris merasa bahwa sebagai bagian dari pemerintahan Presiden Joe Biden, ia tidak ingin melakukan langkah yang dapat dianggap bertentangan dengan preseden tersebut.
Kekalahan Kamala Harris di pemilu presiden 2024 tidak hanya memengaruhi karier politiknya, tetapi juga masa depan Partai Demokrat. Kampanye yang gagal dengan biaya besar telah menjadi bahan evaluasi bagi partai tersebut untuk menyusun strategi baru menghadapi pemilu mendatang.