Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - HANOI. Vietnam melaporkan surplus perdagangan Oktober sebesar US$ 2 miliar, angka ini menyempit dari bulan sebelumnya. Ini karena impor tumbuh lebih cepat daripada ekspor.
Negara Asia Tenggara, pusat manufaktur regional, sangat bergantung pada ekspor untuk pertumbuhan ekonominya. Data General Statistics Office (GSO) pada Rabu (6/11) mengatakan, jumlah ekspor naik 10,1% pada Oktober dari tahun sebelumnya, sementara impor meningkat sebesar 13,6%.
Menurut data GSO, surplus perdagangan Oktober adalah yang terkecil sejak Mei. Badan tersebut mengatakan hampir 94% impor pada Oktober adalah bahan baku untuk manufaktur.
"Pertumbuhan ekspor akan tetap solid dari pertumbuhan ekspor yang tangguh dalam tekstil dan komputer," kata Oxford Economics dalam sebuah riset setelah melihat data Oktober.
Baca Juga: Bayang-Bayang Defisit Neraca Dagang Pangan
China adalah sumber impor terbesar Vietnam. Menurut rincian data GSO, hingga Agustus, impor Vietnam tahun ini dari China mencapai US$ 92 miliar, naik 26% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Angka tersebut mewakili 37% dari impor Vietnam tahun ini.
Menurut data GSO, pada periode Januari-Oktober 2024, ekspor naik 14,9% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 335,59 miliar, sementara impor naik 16,8% menjadi US$ 312,28 miliar.
Produksi industri naik 7% pada Oktober dari tahun sebelumnya, lebih lambat dari pertumbuhan 10,8% pada bulan sebelumnya, yang menurut Oxford Economics dapat mencerminkan dampak Topan Yagi, yang mendatangkan malapetaka di Vietnam pada September.
Bulan lalu, perdana menteri mengatakan pemerintah ingin mendorong pertumbuhan ekonomi di atas tingkat yang diharapkan sebesar 6,8% hingga 7% tahun ini. Pada kuartal berakhir September, pertumbuhan tahunan mencapai titik tertinggi dalam dua tahun sebesar 7,4%. Indeks harga konsumen naik 2,89% pada Oktober dari tahun sebelumnya, di bawah batas pemerintah untuk tahun 2024. Angka tersebut naik 0,33% dari bulan sebelumnya.
Standard Chartered dalam catatannya pada Selasa mengatakan di tengah tren kenaikan inflasi yang sedang berlangsung, ditambah ada kemungkinan melemahnya mata uang dong, bank sentral dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada kuartal kedua tahun 2025.