Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
China juga menghadapi gelombang baru Covid-19. Ini kemungkinan bakal mengekang pengeluaran ritel dan pertumbuhan ekonomi pada paruh kedua tahun ini. Nomura Holdings menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB negara itu pada 2021 menjadi 8,2% dari 8,9%.
Namun di sisi lain, arus ekspor barang teknologi China rupanya masih meningkat meski menghadapi perang dagang dengan AS. Berdasarkan riset terbaru Growth Lab Universitas Harvard yakni Indeks tersebut mengukur keragaman dan kecanggihan teknologi barang yang diekspor suatu negara serta volume ekspornya, China berada di peringkat ke-16 secara global dalam kompleksitas ekspornya pada 2019. Naik tiga peringkat dari tahun sebelumnya.
Tim Cheston, manajer riset senior di Growth Lab menyatakan data menunjukkan China mampu meningkatkan peringkatnya dengan mengekspor ke wilayah lain di tengah tarif AS. "Ada langkah mahir oleh China untuk mendiversifikasi tujuan ekspornya untuk elektronik ke Eropa dan tempat lain,” katanya dikutip Bloomberg, Rabu (4/8/2021).
Sementara data setelah dampak Covid-19 belum tersedia namun diprediksi kemungkinan peringkatnya akan naik karena lonjakan ekspor China. Cheston bilang, ada tanda-tanda bahwa China akan terus mendapatkan pangsa pasar di sektor-sektor karena mampu menjaga produksi tetap berjalan.
Namun demikian, peringkat tinggi tidak menjamin pertumbuhan ekonomi yang cepat. Kinerja ekspor China kontras dengan India dimana peringkatnya turun ke urutan 43 pada tahun 2019. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan melampaui India selama 10 tahun ke depan.