Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - LONDON. Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan gencatan senjata selama 36 jam di Ukraina setelah kepala Gereja Ortodoks menyerukan gencatan senjata Natal.
Hal tersebut diumumkan oleh Kremlin pada Kamis (5/1/2023).
Mengutip Yahoo News, Putin menginstruksikan menteri pertahanannya, Sergei Shoigu, untuk memerintahkan pasukan Rusia menahan tembakan mereka dari Jumat siang hingga Sabtu tengah malam, demikian pernyataan dari Kremlin.
Perintah Putin datang setelah pemimpin Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill dari Moskow, meminta agar Ukraina dan Rusia mematuhi gencatan senjata selama liburan Natal. Mereka yang tergabung dalam Gereja Ortodoks merayakan Natal di bulan Januari.
Putin mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Kamis, "Mengingat seruan Yang Mulia Patriark Kirill, saya menginstruksikan Menteri Pertahanan Federasi Rusia untuk melakukan gencatan senjata."
Presiden Rusia itu mengatakan gencatan senjata akan memungkinkan mereka yang mengaku ortodoksi memiliki kesempatan untuk menghadiri kebaktian pada Malam Natal, serta pada Hari Kelahiran Kristus.
Baca Juga: Militer Ukraina Mengklaim Telah Menewaskan 800 Tentara Rusia Beberapa Hari Terakhir
Dia menambahkan bahwa itu didasarkan pada fakta bahwa sejumlah besar jamaah tinggal di daerah pertempuran.
Selain mengizinkan gencatan senjata lokal untuk mengevakuasi warga sipil, perintah Putin ini merupakan yang pertama kalinya di mana Presiden Rusia memerintahkan pasukan untuk menjalankan gencatan senjata sejak negaranya menginvasi Ukraina hampir setahun lalu.
Kurang dari sebulan yang lalu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan prospek gencatan senjata Natal tidak ada dalam agenda. Dia mengatakan kepada wartawan pada 14 Desember bahwa tidak ada tawaran seperti itu yang diterima dari siapa pun.
Kirill telah lama menjadi sekutu Putin dan tampaknya mendukung apa yang disebut "operasi khusus" Rusia di Ukraina.
Baca Juga: Terima Bantuan Kendaraan Lapis Baja dari Barat, Ukraina Meminta Tambahan Tank
“Kami telah memasuki perjuangan yang tidak memiliki arti fisik, tetapi makna metafisik,” katanya pada bulan Maret.
Beberapa bulan kemudian di bulan September, ketika Putin memerintahkan mobilisasi parsial, Kirill mengatakan kepada warga sipil untuk berangkat dengan berani dalam memenuhi tugas militernya.
Penolakan Ukraina
Melansir The Guardian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menolak pengumuman gencatan senjata Rusia. Dia mengatakan bahwa Moskow hanya membuat pengumuman untuk menghentikan kemajuan Ukraina di wilayah Donbas timur dan memobilisasi lebih banyak orang.
“Mereka sekarang ingin menggunakan Natal sebagai kedok, meski sebentar, untuk menghentikan gerak maju anak laki-laki kita di Donbas dan membawa peralatan, amunisi, dan pasukan yang dimobilisasi lebih dekat ke posisi kita,” kata Zelenskiy dalam pidato video malamnya.
Penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menyebut deklarasi Rusia sebagai “kemunafikan.”
Rusia “harus meninggalkan wilayah pendudukan – baru setelah itu akan ada ‘gencatan senjata sementara’. Simpan kemunafikan untuk diri sendiri,” cuit Podolyak.
Baca Juga: Vladimir Putin Didesak Perintahkan Mobilisasi Besar-besaran
Oleksiy Danilov, sekretaris dewan keamanan dan pertahanan nasional Ukraina, juga menolak proposal gencatan senjata Rusia, menuduh Moskow "bersembunyi di balik hari raya Kristen".
“Ada solusi sederhana: mereka mengambil koper, mengambil sampah, dan pergi ke Rusia. Itu saja,” kata Danilov kepada saluran Kanal 24.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendesak Putin untuk mengumumkan “gencatan senjata sepihak” dan membuka dialog dengan pejabat Kyiv.