Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - FRANKFURT/BERLIN. Volkswagen, produsen mobil terbesar di Eropa, kembali mengurangi proyeksi tahunan mereka untuk kedua kalinya dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.
Penurunan ini disebabkan oleh kinerja yang lebih rendah dari yang diharapkan pada divisi mobil penumpang, sementara tekanan terus meningkat di seluruh sektor otomotif di Eropa. Penurunan permintaan, terutama di pasar utama seperti China, semakin menekan produsen mobil Jerman seperti Volkswagen, Mercedes-Benz, dan BMW.
Penurunan Proyeksi Keuntungan dan Penjualan
Volkswagen kini memperkirakan marginal keuntungan mereka hanya mencapai sekitar 5,6% pada 2024, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,5-7% dan di bawah estimasi analis LSEG yang mencapai 6,5%.
Baca Juga: Biden Usulkan Larangan Kendaraan dan Teknologi 'Connected Car' Asal China di Jalan AS
Selain itu, penjualan diharapkan turun sebesar 0,7% menjadi 320 miliar euro (sekitar 356,7 miliar dolar AS), setelah sebelumnya perusahaan memperkirakan kenaikan hingga 5%.
Penurunan proyeksi ini mencerminkan tantangan dalam lingkungan pasar yang penuh tekanan, terutama pada merek utama seperti Volkswagen Passenger Cars, Volkswagen Commercial Vehicles, dan Tech Components.
Penurunan Proyeksi Pengiriman Global
Selain penurunan proyeksi keuntungan, Volkswagen juga menurunkan proyeksi pengiriman global mereka menjadi sekitar 9 juta kendaraan, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kenaikan hingga 3% dari 9,24 juta kendaraan pada 2023.
Penurunan ini memberikan tekanan besar pada Volkswagen, yang memiliki saham mayoritas di perusahaan seperti Porsche AG dan Traton, raksasa truk global.
Perusahaan induk Porsche SE, yang mengendalikan sebagian besar hak suara di Volkswagen dan merupakan pemegang saham terbesar, juga menurunkan proyeksi mereka setelah downgrade dari Volkswagen.
Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik di Uni Eropa Anjlok 44% pada Agustus 2024
Tantangan dari Permintaan yang Melemah
Tekanan pada Volkswagen terjadi di tengah penurunan permintaan global, yang berdampak pada seluruh ekonomi Jerman yang bergantung pada ekspor. Kekurangan tenaga kerja terampil, harga energi yang tinggi, serta persaingan dari rival Asia yang lebih murah semakin menambah tantangan bagi raksasa industri lokal seperti Thyssenkrupp dan BASF.
Di samping tekanan ekonomi, Volkswagen juga menghadapi tantangan dalam negosiasi dengan serikat pekerja IG Metall, serikat pekerja paling kuat di Jerman. Negosiasi ini berkaitan dengan perlindungan gaji dan pekerjaan, yang berpotensi mengarah pada penutupan pabrik pertama di Jerman dalam sejarah Volkswagen.
Model hubungan industrial Jerman yang selama ini dianggap sebagai kekuatan, kini tampaknya menjadi liabilitas di saat kenaikan biaya melebihi ekspektasi kenaikan gaji.
Tekanan Global pada Industri Otomotif
Penurunan permintaan global tidak hanya memengaruhi Jerman, tetapi juga menyulitkan produsen mobil elit Eropa untuk mempertahankan kapasitas produksi pabrik. Tekanan dari pasar China, yang merupakan pasar otomotif terbesar di dunia, turut memperburuk kondisi ini.
Baca Juga: BYD Seal Terlaris Agustus 2024, Disusul Atto & Omoda, Ini Harga Mobil Listrik Terbaru
Di Amerika Serikat, calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, memperingatkan bahwa China dapat mendominasi produksi otomotif di masa depan.
Sementara itu, pemerintahan Joe Biden menuduh China membanjiri pasar global dengan ekspor mobil karena kapasitas produksi berlebih, dan merencanakan aturan yang pada dasarnya akan melarang hampir semua mobil dari China masuk ke pasar AS.
Volkswagen, yang dijadwalkan akan melaporkan hasil kuartal ketiga pada 30 Oktober, kini memperkirakan arus kas bersih divisi otomotif mereka hanya sekitar 2 miliar euro, turun dari perkiraan sebelumnya yang berada di kisaran 2,5 hingga 4,5 miliar euro.