Sumber: Channel News Asia | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Perekonomian Jepang menyusut 7,8% pada periode kuartal April hingga Juni 2020 dibanding kuartal sebelumnya. Ini kontraksi ekonomi terburuk dalam sejarah modern negara itu, karena wabah virus corona memperdalam keterpurukan ekonomi Jepang.
Kontraksi ekonomi Jepang dari triwulan sebelumnya tersebut sedikit lebih buruk dari ekspektasi, tetapi tidak separah penurunan yang terlihat di banyak negara industri lainnya.
Namun, itu adalah kontraksi ekonomi terbesar bagi Jepang sejak data pembanding tersedia pada 1980.
Baca Juga: PM Jepang Shinzo Abe mengunjungi rumah sakit, ada apa?
Mengutip dari Channel News Asia, beberapa analis menyebut, ini sebagai penurunan terburuk ekonomi Jepang sejak Perang Dunia II, meskipun perubahan metode hitungan pada tahun 1980 membuat perbandingan menjadi rumit.
Pertumbuhan ekonomi Jepang itu juga lebih rendah dari ekspektasi pasar hasil survei harian Nikkei Jepang yang memprediksi akan kontraksi 7,6%.
Itu adalah pertumbuhan negatif tiga kuartal berturut-turut, menegaskan resesi yang mendalam untuk Jepang, dan meningkatkan prospek bahwa pemerintah akan mempertimbangkan memompa stimulus lebih lanjut ke dalam perekonomian.
"Data resmi diharapkan untuk kembali menunjukkan tingkat keparahan ekstrim dari dampak ekonomi negatif dari virus corona," tulis Yoshiki Shinke, Kepala Ekonom Daiichi Life Research Institute, dalam catatan sebelum rilis data resmi.
Secara tahunan, perekonomian Jepang menyusut alias minus 27,8%, dengan permintaan domestik turun 4,8% serta ekspor barang dan jasa anjlok 18,5%.
Jepang sudah berjuang dari stagnasi ekonomi sebelum pandemi corona melanda. Wabah corona memperburuk keadaan.
Padahal dibanding beberapa negara lain kasus wabah virus corona di Jepang, dengan kasus infeksi mendekati 55.000 dan kasus kematian sedikit di bawah 1.100.
Keadaan darurat nasional diberlakukan ketika kasus-kasus melonjak pada bulan April 2020. Keadaan darurat dicabut pada bulan Juni 2020, dan pemerintah enggan memberlakukan kembali tindakan, bahkan saat kasus infeksi meningkat lagi.
Beberapa pemulihan sekyor ekonomi terlihat di Jepang setelah pemerintah mencabut keadaan darurat. "Namun, itu tidak cukup untuk mengimbangi penurunan parah yang dirasakan pada bulan April dan Mei," kata Shinke.
Baca Juga: AS: Ancaman China saat ini lebih berbahaya dibanding Uni Soviet saat Perang Dingin