Sumber: Reuters | Editor: Dessy Rosalina
BEIJING. Bursa saham China dibayangi penurunan tajam. Pada perdagangan Senin (24/6), Shanghai Stock Exchange Composite Index anjlok 5,29% ke posisi 1.963,24. Ini adalah penurunan terbesar dalam tempo tiga bulan terakhir. Saham-saham bank di China dilanda aksi jual besar-besaran. Saham sektor finansial memberatkan gerak indeks China dengan merosot 7%. Penurunan dipicu paska bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) menyatakan, perbankan perlu meningkatkan pengawasannya terkait deposito dan kredit.
Kekeringan likuiditas memang tengah melanda perbankan China. Situasi likuiditas yang kian genting tercermin dari naiknya suku bunga pinjaman antar bank atawa interbank rates. Akhir pekan lalu, interbank rates China menyentuh level 12%. Likuiditas ketat di China disebabkan oleh derasnya duit perbankan yang mengalir ke bank gelap China. Praktek shadow banking ini kian membesar dalam sistem finansial China. Hingga April kemarin, kapitalisasi pasar bank gelap mencapai US$ 3,7 triliun. Dari jumlah segitu, kredit perbankan yang mengucur dalam shadow banking mencapai 1,6 triliun Yuan atau US$ 261 miliar.
Hambat pertumbuhan
Tahun lalu keterlibatan perbankan dalam shadow banking hanya 636 miliar Yuan. "Saat ini likuiditas mulai longgar. Tapi bunga masih tetap tinggi. Ini efek buruk bagi bisnis, terutama layanan wealth management," ujar trader bank kelas menengah di Shangai, mengutip Reuters (24/6).
Catatan saja, saat ini, bank rela memberi bunga hingga 25% untuk deposito. Ujungnya, likuiditas yang ketat diprediksi bakal menghambat pertumbuhan ekonomi China. Soalnya, kesulitan likuiditas membuat bank menahan laju kredit. "Perbankan besar diharapkan menguatkan likuiditas dan bekerja sama dengan bank sentral untuk menstabilkan pasar," ujar PBOC dalam situs resminya.
Ketatnya likuditas ditambah dengan kondisi ekonomi yang masih melambat. Kekhawatiran di sistem perbankan China diperparah dengan pertumbuhan yang melambat. Kemarin, Goldman Sachs dan China International Capital Corp (CICC) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China. Goldman memangkas pertumbuhan 2013 menjadi 7,4% dari sebelumnya 7,8%. Pertumbuhan di 2014 juga dipatok di 7,7% dari semula 8,4%. Sedangkan CICC memotong proyeksi pertumbuhan 2013 menjadi 7,4% dari 7,7%. "Penanganan PBOC dalam sistem likuiditas perbankan sewaktu-waktu bisa membuat laju kredit negatif," tulis Moody's Investors Service dalam laporannya.
Moody's menilai, jika kekeringan likuiditas masih berlanjut, kerusakan lebih parah dalam sistem perbankan China bisa terjadi. Catatan saja, pada perdagangan kemarin, interbank rates di China mulai mereda ke level 6,64%.