Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas lagi perkiraan pertumbuhan global untuk tahun ini dan selanjutnya akibat pandemi virus corona.
Mengutip BBC, saat ini IMF memprediksi penurunan hampir 5% pada tahun 2020, jauh lebih buruk daripada perkiraannya sekitar 10 minggu lalu pada bulan April.
Ekonomi Inggris diperkirakan berkontraksi lebih dari 10% tahun ini, diikuti oleh pemulihan parsial pada 2021.
Itu akan menjadi salah satu penurunan paling parah, meskipun tidak sedalam perkiraan untuk Italia, Prancis atau Spanyol.
Baca Juga: Proyeksi IMF: 10 negara ini bakal mengalami pertumbuhan ekonomi terparah pada 2020
Direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, telah memperingatkan bahwa ramalan April telah disusul oleh berbagai peristiwa, dan bahwa kemungkinan jalur ekonomi global tampak lebih buruk.
Hal itu tercermin dalam proyeksi baru untuk dunia dan ekonomi Inggris.
Resesi yang disebabkan oleh pandemi - secara global dan di banyak negara - kemungkinan akan lebih dalam dari yang diperkirakan IMF sebelumnya.
Baca Juga: IMF memproyeksi perekonomian dunia minus 4,9% di tahun 2020
Perkiraan April sebelumnya adalah penurunan 6,5% untuk Inggris dan 3% untuk dunia.
Prospek suram sebagian mencerminkan fakta bahwa data sejak April telah menunjukkan penurunan lebih tajam dari perkiraan sebelumnya.
IMF juga melihat adanya pukulan yang lebih besar terkait pengeluaran konsumen. Laporan tersebut menunjukkan sesuatu yang tidak biasa tentang penurunan ini.
Biasanya orang menabung, atau mendapatkan bantuan dari keluarga dan sistem kesejahteraan untuk mengurangi fluktuasi pengeluaran mereka. Pengeluaran konsumen biasanya mengalami pukulan jauh lebih kecil dalam penurunan dibanding investasi bisnis.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Kedua dan Ketiga Minus, Indonesia Terancam Resesi
Tapi kali ini, penguncian dan jarak sosial menyebabkan banyak warga yang waspada terhadap risiko infeksi sehingga memukul permintaan.
IMF juga melihat banyak orang yang akan melakukan gerakan "menabung untuk berjaga-jaga", dengan mengurangi konsumsi mereka karena prospek masa depan yang tidak pasti.
Laporan itu juga memperingatkan kemungkinan adanya "bekas luka" yang sulit sembuh. Semakin banyak perusahaan keluar dari bisnis berdampak pada banyaknya warga yang menganggur. Ini berarti bahwa kegiatan ekonomi lebih sulit untuk bangkit kembali secepat yang diharapkan.
Baca Juga: IMF gelontorkan dana darurat untuk 70 negara untuk tangani Covid-19
Bahaya lainnya, ada sejumlah perusahaan yang dapat bertahan hidup, namun efisiensinya cenderung dirusak oleh langkah-langkah yang mereka ambil untuk meningkatkan keselamatan dan kebersihan demi mengurangi risiko transisi virus corona di tempat kerja.