Sumber: Yahoo Finance | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Warren Buffett, seorang investor legendaris, terkenal karena kemampuannya dalam menemukan nilai di pasar keuangan.
Perusahaan miliknya, Berkshire Hathaway (NYSE: BRK.A)(NYSE: BRK.B), sering kali dijadikan acuan oleh banyak investor ketika membuat keputusan investasi.
Ketika Buffett atau manajer lainnya di Berkshire membeli saham, investor lain biasanya mengikuti langkah tersebut dengan keyakinan bahwa mereka telah melihat nilai yang signifikan.
Namun, bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Apa yang harus dipikirkan investor ketika mereka melihat bahwa Buffett justru menjual saham dan menumpuk kas? Apakah ini pertanda bahwa Buffett melihat adanya risiko di pasar?
Baca Juga: Saham Warren Buffett Terbaik untuk Dibeli dengan Investasi US$50.000 Saat Ini
Kas Berkshire Mencapai Rekor Tertinggi
Tidak dapat disangkal bahwa saldo kas Berkshire Hathaway terus meningkat. Pada akhir kuartal kedua tahun 2024, Berkshire melaporkan memiliki kas dan investasi jangka pendek sekitar US$277 miliar, angka yang merupakan rekor tertinggi.
Laporan ini disertai dengan tindakan perusahaan yang secara aktif menjual saham dari beberapa perusahaan besar, termasuk Apple dan Bank of America. Apple, yang sebelumnya merupakan hampir setengah dari seluruh portofolio investasi Berkshire, kini hanya menyumbang sekitar 29% dari total investasi.
Peningkatan signifikan dalam saldo kas ini dapat mengindikasikan bahwa Buffett tidak melihat banyak peluang pembelian yang menarik saat ini. Ketika valuasi saham berada pada tingkat yang tinggi, seperti yang tampak pada rasio P/E S&P 500, Buffett mungkin memilih untuk tidak menambah posisi baru.
Sebaliknya, ia memilih untuk mempertahankan kas, yang memberikan fleksibilitas lebih besar dalam mengambil keputusan investasi di masa depan.
Apakah Buffett Khawatir dengan Kondisi Pasar?
Tindakan Buffett yang menjual saham dari beberapa investasi utama, terutama di tengah kekhawatiran tentang resesi yang semakin meningkat, dapat membuat beberapa investor khawatir.
Namun, penting untuk diingat bahwa Buffett telah melewati berbagai kondisi ekonomi yang jauh lebih buruk di masa lalu, termasuk perang. Dia tidak menjual sahamnya hanya karena perubahan dalam kondisi ekonomi atau prediksi pasar.
Baca Juga: 5 Portofolio Warren Buffett di Saham Perusahaan Jepang, Salah Satunya Melonjak 30%
Sebagai contoh, penjualan saham Apple oleh Buffett mungkin lebih berkaitan dengan pertimbangan pajak keuntungan modal yang meningkat, dan dampaknya terhadap pemegang saham Berkshire, daripada pandangan negatif terhadap Apple itu sendiri.
Apple tetap menjadi perusahaan yang dominan di pasar dan masih menjadi salah satu investasi terbesar dalam portofolio Berkshire.
Investor sebaiknya tidak mengabaikan valuasi ketika memilih saham untuk diinvestasikan. Meskipun Anda optimis terhadap prospek jangka panjang suatu perusahaan, membeli saham dengan valuasi yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pengembalian yang lambat.