Sumber: Inc. | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Menghadapi masa depan yang tidak dapat dihindari, Warren Buffett akan mengakhiri masa jabatannya sebagai CEO Berkshire Hathaway.
Pergantian kepemimpinan ini telah direncanakan sejak lama: Greg Abel akan menjadi CEO, sementara putra Buffett, Howard “Howie” Buffett, akan menjabat sebagai Ketua non-eksekutif.
Dalam wawancara terbaru dengan The Wall Street Journal, Buffett mengungkapkan pemikirannya tentang transisi ini, termasuk satu pelajaran kepemimpinan yang menurutnya paling penting untuk dipegang oleh putranya.
Baca Juga: Warren Buffett Mengambil Alih Penuh Kepemilikan Berkshire Hathaway Energy
Pergantian CEO sering kali menjadi tantangan, bahkan dengan rencana suksesi yang terstruktur. Setiap pemimpin memiliki gaya, visi, dan agenda yang berbeda, sehingga proses ini menjadi kompleks.
Dalam kasus Buffett, kompleksitas meningkat karena perannya yang sangat melekat dengan identitas Berkshire Hathaway.
Buffett, yang dianggap sebagai investor paling sukses sepanjang masa, telah membangun perusahaan triliunan dolar ini selama bertahun-tahun. Kekhawatiran pun muncul tentang bagaimana masa depan perusahaan tanpa dirinya.
Buffett menegaskan bahwa alasan utama ia menunjuk putranya sebagai Ketua non-eksekutif adalah untuk menjaga prinsip dan nilai-nilai Berkshire Hathaway setelah kepergiannya.
Baca Juga: Warren Buffett Donasikan Rp18 Triliun Saham Berkshire Hathaway untuk Yayasan Keluarga
“Saya lebih peduli dengan masa depan Berkshire setelah saya meninggal daripada selama saya hidup,” ungkapnya.
“Ini adalah ciptaan saya, sesuatu yang membutuhkan waktu lama untuk dibangun tetapi dapat dengan mudah hancur jika dikelola oleh orang yang salah,” ucapnya.
Bagi Buffett, inti dari suksesi ini terletak pada satu kata: Budaya. Ia percaya bahwa budaya perusahaan adalah elemen paling penting dan paling sulit dikelola oleh seorang pemimpin.
Budaya, menurut Buffett, bukan sekadar kebijakan atau slogan, melainkan perasaan karyawan terhadap tempat mereka bekerja. “Budaya Anda adalah bagaimana karyawan merasa bekerja untuk Anda,” katanya.
Baca Juga: Warren Buffett Ungkap 6 Cara Berinvestasi dengan Dana Kecil
Howie Buffett tampaknya memahami pentingnya menjaga budaya ini. Ia menggambarkan budaya Berkshire sebagai prinsip-prinsip sederhana: menjaga hal-hal tetap sederhana, fokus pada hal yang esensial, bersikap adil kepada orang lain, menghormati manajer, pemegang saham, dan bersikap jujur.
"Berikan kabar buruk lebih awal, dan selalu jujur. Ini bukan ilmu roket," ujar Howie.
Sebagai Ketua non-eksekutif, tugas utama Howie adalah memastikan bahwa budaya Berkshire tetap terjaga. Ia tidak akan terlibat dalam pengelolaan sehari-hari perusahaan, melainkan akan memantau apakah prinsip-prinsip yang selama ini menjadi fondasi Berkshire tetap dipertahankan.
Jika ditemukan penyimpangan, ia bertanggung jawab untuk mendorong perubahan, termasuk merekomendasikan pergantian CEO jika diperlukan.
Baca Juga: Warren Buffett Ungkap 5 Jebakan Keuangan Karena Kurangnya Pendidikan Finansial
“Howard tidak perlu mengelola bisnis,” jelas Buffett. “Ia hanya perlu memastikan apakah dewan direksi—termasuk dirinya sendiri—harus mengganti CEO atau tidak.”
Setiap perusahaan membutuhkan seorang pemimpin yang menjaga budaya dengan penuh komitmen. Seorang pemimpin selalu menjadi pembentuk budaya, baik secara sadar maupun tidak.
Namun, pemimpin terbaik adalah mereka yang memahami bahwa budaya adalah fondasi segalanya dan menjadikannya prioritas utama.
Bagi Warren Buffett, menjaga budaya Berkshire Hathaway adalah warisan terpenting yang ingin ia tinggalkan, dan ia percaya putranya adalah sosok yang tepat untuk tugas ini.