kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO: 75% dosis vaksin Covid-19 dikuasai negara berpenghasilan tinggi


Kamis, 30 September 2021 / 15:34 WIB
WHO: 75% dosis vaksin Covid-19 dikuasai negara berpenghasilan tinggi
ILUSTRASI. Vaksin Covid-19.


Sumber: TASS | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus kembali menyoroti ketimpangan pada distribusi vaksin Covid-19 secara global. Data baru WHO menunjukkan bahwa 75% dari total vaksin global kini ada di negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.

Berbicara dalam sambutannya di Forum Pemimpin Dunia Universitas Columbia hari Rabu (29/9), Tedros menyebut ketimpangan tersebut sebagai sebuah "ketidakadilan yang mengerikan".

"Lebih dari 75% vaksin telah dikirim ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas. Negara-negara berpenghasilan rendah baru menerima kurang dari 0,5% vaksin dunia. Di Afrika, hanya 4% orang yang sudah divaksinasi penuh," ungkap Tedros, seperti dikutip TASS.

Lebih lanjut, Tedros mengungkapkan bahwa lebih dari 6 miliar dosis vaksin Covid-19 kini telah didistribusikan secara global dan hampir sepertiga populasi dunia telah divaksinasi penuh.

Baca Juga: 21 Petugas WHO terlibat aksi pelecehan seksual saat menangani wabah Ebola di Kongo

Target WHO saat ini adalah untuk bisa memvaksinasi 40% dari populasi setiap negara hingga akhir tahun 2021, dan bisa mencapai 70% pada pertengahan tahun depan.

"Target ini benar-benar dapat dicapai, tetapi hanya jika negara dan perusahaan yang mengontrol pasokan vaksin global melakukan bagian mereka dengan adil," lanjut pemimpin WHO.

Menurut Tedros, satu-satunya cara agar seluruh populasi dunia bisa divaksinasi penuh adalah dengan menanamkan kesadaran bahwa program ini tidak bisa berjalan secara terpisah. Semua pihak harus bekerjasama dengan pandangan yang sama.

Ketimpangan yang terjadi saat ini, jika terus berlanjut di masa depan, bisa membuat pandemi akan terus ada. Titik terburuknya adalah ketika virus terus berkemban menjadi varian baru.

"Semakin lama ketidakadilan vaksin berlanjut, semakin lama gejolak sosial dan ekonomi akan berlanjut, dan semakin besar peluang virus untuk beredar dan berubah menjadi varian yang lebih berbahaya,” tegas Tedros.

Selanjutnya: Bank Dunia: Varian Delta menghambat pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×