Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – LONDON. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menuding perusahaan tembakau, alkohol, dan makanan ultra-olahan menjadi penghalang utama pemerintah dalam menerapkan kebijakan kesehatan yang berpotensi menyelamatkan jutaan nyawa.
Tekanan Industri Hadang Kebijakan
Dalam pernyataannya, WHO menyebut pemerintah kerap menghadapi tekanan lobi intensif dari industri untuk menggagalkan, melemahkan, atau menunda regulasi kesehatan.
Baca Juga: Merasa Hipertensi? Ambang Batas versi WHO Berbeda dari Anggapan Umum
Kebijakan yang kerap jadi sasaran termasuk pajak kesehatan hingga pembatasan pemasaran produk ke anak-anak.
“Tidak dapat diterima jika kepentingan komersial meraup keuntungan dari meningkatnya angka kematian dan penyakit,” kata Dr Etienne Krug, Direktur Departemen Determinan Kesehatan, Promosi, dan Pencegahan WHO, Kamis (18/9/2025).
Dalam laporan terpisah, WHO mengungkapkan investasi sebesar US$3 per orang oleh pemerintah untuk penyakit tidak menular dapat menyelamatkan lebih dari 12 juta nyawa sekaligus menghasilkan penghematan ekonomi senilai US$1 triliun hingga 2030.
PBB akan mengalokasikan satu hari khusus untuk membahas penyakit tidak menular (NCD) seperti kanker dan penyakit jantung dalam sidang umum tahunan di New York pekan depan.
Negara anggota diperkirakan menyepakati target baru dan peta jalan penanggulangan NCD. Namun, kelompok kesehatan memperingatkan bahwa rancangan deklarasi politik telah banyak dilemahkan akibat tekanan industri.
Baca Juga: WHO: Hampir 12.000 Balita di Gaza Mengalami Malnutrisi Akut
Bantahan Industri
Industri makanan, tembakau, dan alkohol menolak tuduhan WHO. Mereka menyatakan terbuka untuk berdialog demi mengurangi dampak buruk konsumsi, serta menilai keterlibatan industri dapat menghasilkan kebijakan yang lebih efektif.
“Kami menyambut kesempatan untuk berbagi perspektif mengenai cara mengurangi konsumsi alkohol berlebihan,” ujar Justin Kissinger, Presiden World Brewing Alliance.
Sementara itu, International Food and Beverage Alliance menilai tidak tepat menyamakan industri makanan dengan tembakau dan alkohol.
Baca Juga: China Janjikan Dana Tambahan US$500 Juta untuk WHO Selama 5 Tahun ke Depan
“Kami sangat tidak setuju dengan anggapan bahwa industri kami menghalangi kemajuan,” tegas Rocco Renaldi, Sekjen aliansi tersebut.
Perwakilan Philip Morris International juga menambahkan, “WHO seharusnya tidak takut berdialog—justru harus menyambutnya.”