Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - KHARTOUM. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan adanya risiko tinggi pada kebocoran laboratorium yang menyimpan patogen campak dan kolera selama konflik sipil di Sudan.
Perwakilan WHO di Sudan, Nima Saeed Abid, mengatakan teknisi tidak dapat memperoleh akses ke Laboratorium Kesehatan Masyarakat Nasional di ibukota Khartoum untuk mengamankan material tersebut.
"Ini adalah perhatian utama, tidak ada aksesbilitas ke teknisi lab untuk bisa pergi ke lab dan dengan aman memuat bahan dan zat biologis yang tersedia," kata Abid seperti dikutip Reuters.
Pertempuran meletus antara angkatan bersenjata Sudan dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada 15 April lalu dan telah menewaskan sedikitnya 459 orang serta melukai 4.072.
Baca Juga: Perang yang Meletus di Ibu Kota Sudan Akibat Perebutan Kekuasaan
"Itu adalah hitungan yang belum lengkap. Saya sendiri telah melihat dua mayat di jalanan dalam beberapa hari terakhir," lapor Abid.
Konflik di Sudan melumpuhkan rumah sakit dan layanan penting lainnya. Akibatnya, banyak warga yang hanya mampu berdiam diri di rumah dengan persediaan makanan dan air yang semakin menipis.
WHO telah melaporkan 14 serangan terhadap fasilitas kesehatan sejak bentrokan dimulai dan memindahkan stafnya ke tempat yang aman.
Baca Juga: 538 WNI di Sudan Dievakuasi dari Khartum Menuju Jeddah
Kantor Kemanusiaan PBB (OCHA) terpaksa mengurangi beberapa kegiatannya di beberapa bagian Sudan karena pertempuran sengit. Setidaknya lima pekerja bantuan tewas sejak pertempuran pecah.
"Di daerah-daerah di mana pertempuran sengit menghambat operasi kemanusiaan kami, kami terpaksa mengurangi jejak kami. Tapi kami berkomitmen untuk terus memberikan untuk rakyat Sudan," kata Jens Laerke, juru bicara OCHA.
Dua badan PBB yang kehilangan stafnya, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Program Pangan Dunia (WFP), telah menangguhkan kegiatan mereka di Sudan.