Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Regulator Uni Eropa juga lamban dalam mengesahkan vaksin untuk digunakan. Beberapa negara Uni Eropa kemudian menghentikan penggunaan sementara vaksin AstraZeneca karena adanya laporan pembekuan darah di antara sejumlah kecil orang yang telah menerima dosis.
Yang lain membatasi penggunaannya di antara orang tua karena kekhawatiran bahwa perusahaan tidak memberikan data pengujian yang cukup.
Semua ini menyebabkan rendahnya kepercayaan publik terhadap vaksin AstraZeneca. Perusahaan polling YouGov mengatakan, hanya sepertiga dari warga Jerman dan kurang dari seperempat responden Prancis sekarang menganggap vaksin AstraZeneca aman digunakan.
Baca Juga: Dirjen WHO desak penyelidikan lebih jauh soal teori kebocoran lab Covid-19, ada apa?
Namun, WHO dan European Medicines Agency mengatakan manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.
Peluncuran vaksin di beberapa negara non-Uni Eripa di wilayah WHO Eropa juga lambat. Di Rusia, beberapa orang ragu untuk divaksinasi dengan vaksin Sputnik V milik Rusia, yang data keamanannya telah dipublikasikan dan terbukti efektif.
Sementara itu, Ukraina menerima pengiriman vaksin pertamanya pada akhir Februari sebanyak 500.000 dosis vaksin AstraZeneca yang diproduksi di India. Tetapi ada skeptisisme yang meluas terhadap vaksinasi di mana bulan lalu Institut Sosiologi Internasional Kyiv menemukan 60% warga Ukraina tidak menginginkan dirinya divaksin.
Baca Juga: Yang ditunggu-tunggu! WHO akhirnya rilis laporan resmi soal asal-usul Covid-19
Namun, titik terang di Eropa adalah Serbia di Balkan, yang telah memvaksinasi lebih dari dua juta dari tujuh juta populasinya berkat kesepakatan awal dengan penyedia vaksin, termasuk Sinopharm China. Negara itu juga telah melakukan vaksinasi warga migran dan negara tetangga.