kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WHO: Program vaksin Covid-19 Eropa sangat lamban


Jumat, 02 April 2021 / 07:04 WIB
WHO: Program vaksin Covid-19 Eropa sangat lamban
ILUSTRASI. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritik peluncuran program vaksin virus corona di Eropa. REUTERS/Dado Ruvic


Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkritik peluncuran program vaksin virus corona di Eropa. Menurut WHO, program vaksinasi Covid-19 di Benua Biru itu sangat lamban.

Melansir BBC, WHO juga mengatakan situasi Covid-19 di wilayah tersebut saat ini lebih mengkhawatirkan daripada beberapa bulan sebelumnya.

Asal tahu saja, kampanye vaksinasi di sebagian besar negara Eropa telah dilanda penundaan dan jumlah infeksi semakin meningkat.

"Vaksin memberikan jalan keluar terbaik bagi kita dari pandemi ini ... Namun, peluncuran vaksin ini sangat lamban" dan memperpanjang pandemi di kawasan Eropa yang lebih luas," demikian pernyataan Direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip BBC.

Baca Juga: Laporan WHO soal asal usul corona yang tidak kredibel membuat ilmuwan marah

Dia menambahkan, "Kita harus mempercepat proses dengan meningkatkan produksi, mengurangi hambatan dalam pemberian vaksin, dan menggunakan setiap botol yang kita miliki sekarang."

Sementara itu, selama cakupan vaksin tetap rendah, dia mengatakan negara-negara Uni Eropa harus memberlakukan penguncian dan tindakan lain untuk mengkompensasi penundaan vaksin.

Kluge juga memperingatkan bahwa peluncuran vaksin, meskipun kecepatannya lamban, berisiko memberikan rasa aman palsu kepada pihak berwenang dan publik.

Baca Juga: Waspada! Kasus virus corona global naik selama lima minggu berturut-turut

Data BBC menunjukkan, pada minggu lalu, terlihat peningkatan penularan Covid-19 di sebagian besar negara di kawasan Eropa, yang mencakup lebih dari 50 negara dan meluas dari Greenland hingga ujung timur Rusia. Menurut WHO, ada 1,6 juta kasus baru dan hampir 24.000 kematian.

Menurut WHO, kasus meningkat di semua kelompok umut, kecuali satu.

Hanya 10% dari hampir 900 juta orang di kawasan itu yang memiliki satu dosis vaksin virus corona.

Baca Juga: Soal kemungkinan kebocoran laboratorium China, WHO siap kerahkan misi tambahan

WHO juga memperingatkan risiko penyebaran yang lebih besar terkait dengan peningkatan mobilitas dan jumlah pertemuan selama hari raya keagamaan Paskah dan Ramadhan yang akan datang.

Sekitar 27 negara dari lebih dari 50 negara yang termasuk dalam wilayah WHO Eropa telah menerapkan penguncian sebagian atau seluruhnya terhadap virus corona.

Mengapa lamban?

Hanya 16% dari populasi Uni Eropa sejauh ini telah menerima satu dosis vaksin.

Uni Eropa lamban menegosiasikan kontrak dengan produsen vaksin AstraZeneca yang menyebabkan masalah pasokan. Hal ini juga memicu perselisihan politik dengan Inggris, di mana pabrik AstraZeneca berdiri dan 52% populasinya memiliki setidaknya satu dosis.

Kesepakatan Uni Eropa dengan Pfizer-BioNTech dan Moderna juga mengalami masalah awal dengan produksi dan distribusi.

Regulator Uni Eropa juga lamban dalam mengesahkan vaksin untuk digunakan. Beberapa negara Uni Eropa kemudian menghentikan penggunaan sementara vaksin AstraZeneca karena adanya laporan pembekuan darah di antara sejumlah kecil orang yang telah menerima dosis. 

Yang lain membatasi penggunaannya di antara orang tua karena kekhawatiran bahwa perusahaan tidak memberikan data pengujian yang cukup.

Semua ini menyebabkan rendahnya kepercayaan publik terhadap vaksin AstraZeneca. Perusahaan polling YouGov mengatakan, hanya sepertiga dari warga Jerman dan kurang dari seperempat responden Prancis sekarang menganggap vaksin AstraZeneca aman digunakan.

Baca Juga: Dirjen WHO desak penyelidikan lebih jauh soal teori kebocoran lab Covid-19, ada apa?

Namun, WHO dan European Medicines Agency mengatakan manfaat vaksin lebih besar daripada risikonya.

Peluncuran vaksin di beberapa negara non-Uni Eripa di wilayah WHO Eropa juga lambat. Di Rusia, beberapa orang ragu untuk divaksinasi dengan vaksin Sputnik V milik Rusia, yang data keamanannya telah dipublikasikan dan terbukti efektif.

Sementara itu, Ukraina menerima pengiriman vaksin pertamanya pada akhir Februari sebanyak 500.000 dosis vaksin AstraZeneca yang diproduksi di India. Tetapi ada skeptisisme yang meluas terhadap vaksinasi di mana bulan lalu Institut Sosiologi Internasional Kyiv menemukan 60% warga Ukraina tidak menginginkan dirinya divaksin.

Baca Juga: Yang ditunggu-tunggu! WHO akhirnya rilis laporan resmi soal asal-usul Covid-19

Namun, titik terang di Eropa adalah Serbia di Balkan, yang telah memvaksinasi lebih dari dua juta dari tujuh juta populasinya berkat kesepakatan awal dengan penyedia vaksin, termasuk Sinopharm China. Negara itu juga telah melakukan vaksinasi warga migran dan negara tetangga.

Selanjutnya: 10 Penyebab kematian terbanyak menurut WHO, wajib dikenali dan diwaspadai!




TERBARU

[X]
×