kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

WHO: Tak Ada Varian COVID baru di China, Namun Angka Kematian Tak Sesuai


Kamis, 05 Januari 2023 / 08:50 WIB
WHO: Tak Ada Varian COVID baru di China, Namun Angka Kematian Tak Sesuai
ILUSTRASI. WHO mengungkapkan, data dari China menunjukkan bahwa tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana. ANTARA FOTO/M. Irfan Ilmie


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (4/1/2023) mengungkapkan, data dari China menunjukkan bahwa tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana. Namun, negara tersebut kurang merepresentasikan berapa banyak orang yang telah meninggal dalam wabah COVID-19 yang menyebar dengan cepat.

Melansir Reuters, masyarakat global mencemaskan tentang keakuratan pelaporan China tentang wabah COVID-19 di mana banyak warga China yang telah memenuhi rumah sakit dan membuat beberapa rumah duka kewalahan sejak Beijing tiba-tiba mencabut kebijakan nol COVID-nya.

WHO merilis data yang disediakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CDC), sehari setelah pejabat WHO bertemu dengan para ilmuwan China. China telah melaporkan kematian akibat COVID setiap hari dalam angka tunggal.

Mike Ryan, direktur kedaruratan WHO, mengatakan bahwa angka saat ini yang diterbitkan dari China kurang mewakili data mengenai pasien rawat inap, pasien unit perawatan intensif dan terutama dalam hal kematian akibat COVID-19.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, WHO tengah berupaya mencari data yang lebih cepat dan teratur dari China tentang rawat inap dan kematian.

Baca Juga: 15 Negara Ini Terapkan Pembatasan Masuk Bagi Pelancong dari China

"WHO prihatin dengan risiko terhadap kehidupan di China dan telah menegaskan kembali pentingnya vaksinasi, termasuk dosis penguat untuk melindungi masyarakat dari rawat inap, penyakit parah, dan kematian," katanya.

People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis, berusaha meredakan warga yang khawatir dengan apa yang disebutnya sebagai "kemenangan akhir" atas COVID-19. Media pemerintah itu juga membantah kritik terhadap kebijakan isolasi ketat yang memicu protes langka tahun lalu.

Pencabutan mendadak Beijing dari pembatasan ultra-ketat itu bulan lalu telah menyebarkan virus ke 1,4 miliar orang di negara itu, yang memiliki sedikit kekebalan dari vaksinasi COVID-19.

Kondisi di China secara otomatis memantik kecemasan global. Sejumlah negara bahkan memberlakukan kebijakan pembatasan kedatangan pelancong dari China dengan memperkenalkan langkah-langkah seperti tes COVID pra-keberangkatan untuk kedatangan dari China atau melarang masuknya siapapun yang datang dari China ke negaranya. Langkah inilah yang kemudian dikritik Beijing.

Baca Juga: Kemkes & Satgas Covid-1 Jelaskan Soal RI Belum Memperketat Kedatangan Turis China

Omicron masih mendominasi

Menurut data yang dilaporkan oleh WHO, Analisis CDC China menunjukkan dominasi sublineages Omicron BA.5.2 dan BF.7 di antara infeksi yang didapat secara lokal.

Omicron tetap menjadi varian virus corona yang dominan berdasarkan pengurutan genom baru-baru ini, membenarkan apa yang telah dikatakan para ilmuwan.  

Banyak rumah duka dan rumah sakit China mengatakan mereka kewalahan. Pakar kesehatan internasional memperkirakan setidaknya 1 juta kematian terkait COVID di China tahun ini.

China telah melaporkan lima atau lebih sedikit kematian per hari sejak kebijakan nol COVID dicabut.

"Itu benar-benar konyol," kata Zhang, 66 tahun, seorang penduduk Beijing tentang jumlah kematian resmi tersebut.

Baca Juga: Selandia Baru Tidak Mewajibkan Pelancong Asal China Menunjukkan Negatif Tes COVID-19

"Empat kerabat dekat saya meninggal. Itu hanya dari satu keluarga. Saya berharap pemerintah akan jujur kepada masyarakat dan seluruh dunia tentang apa yang sebenarnya terjadi di sini," tambahnya.

Kabinet China mengatakan pada hari Rabu akan meningkatkan distribusi obat-obatan dan memenuhi permintaan dari institusi medis, panti jompo dan daerah pedesaan, lapor media pemerintah.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×