Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada hari Kamis, akun X milik jurnalis Ken Klippenstein, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, mengalami suspensi setelah ia merilis dokumen tentang Senator JD Vance. Dokumen tersebut diduga berasal dari peretasan yang dilakukan oleh pemerintah Iran.
Dalam sebuah unggahan sebelumnya, Klippenstein menulis, "Inilah dokumen yang ditolak media untuk dipublikasikan." Dokumen yang dimaksud adalah sebuah dossier setebal 271 halaman yang disiapkan oleh kampanye Trump untuk melakukan pemeriksaan terhadap JD Vance, yang kini menjadi kandidat wakil presiden dari Partai Republik.
Klippenstein, mantan reporter dari Intercept, mempublikasikan dokumen tersebut di situs Substack-nya sekitar tiga jam sebelum akunnya disuspensi. Meskipun akunnya ditangguhkan, dokumen tersebut masih dapat diakses di waktu publikasi artikel ini.
Baca Juga: Platform Sosial X Akan Minta Restorasi Layanan di Brasil
Isi Dokumen JD Vance
Dossier yang dipublikasikan Klippenstein mencakup berbagai informasi pribadi tentang JD Vance, termasuk catatan keuangan kampanye saat mencalonkan diri sebagai senator, catatan pemungutan suara, catatan militer, catatan bisnis, serta "rekam jejak anti-Trump dan hubungan dengan kalangan elit."
Dossier ini juga menyebut bahwa Vance merupakan salah satu penghambat utama upaya AS untuk memberikan bantuan ke Ukraina, serta bahwa ia mengkritik pejabat kesehatan masyarakat dan pejabat terpilih yang mendukung protes Black Lives Matter, sementara mengecam protes anti-penguncian terkait Covid-19.
Lebih lanjut, dokumen ini juga menyatakan bahwa Vance pernah mengkritik gagasan pembangunan tembok perbatasan Selatan, menyebut bahwa imigrasi ilegal "berkaitan dengan uang," dan menentang larangan Muslim yang diusulkan oleh Trump.
Selain itu, dossier tersebut juga menyebutkan keterlibatan istri Vance, Usha, yang pernah menjadi juru tulis bagi Hakim Agung Brett Kavanaugh.
Klipperstein menjelaskan bahwa ia memutuskan untuk mempublikasikan dokumen tersebut karena dianggap memiliki kepentingan publik, terutama di tengah musim pemilihan.
“Dokumen ini ditawarkan kepada saya dan saya memilih untuk mempublikasikannya karena ini sangat penting bagi publik di masa pemilihan,” tulis Klippenstein. Ia juga menambahkan bahwa meskipun dokumen ini belum terlihat diubah, isinya dapat diverifikasi secara publik.
Baca Juga: Gedung Putih Kecam Elon Musk atas Unggahan X tentang Pembunuhan Biden dan Harris
Reaksi dari X dan Pembelaan Ken Klippenstein
Setelah publikasi dokumen tersebut, akun X Klippenstein disuspensi karena dianggap melanggar aturan platform terkait penyebaran informasi pribadi yang tidak tersensor, termasuk alamat fisik JD Vance dan sebagian besar nomor Jaminan Sosialnya.
Pihak X dalam pernyataan resminya menyebut, "Ken Klippenstein disuspensi sementara karena melanggar aturan kami tentang penyebaran informasi pribadi yang tidak tersensor, khususnya alamat fisik Sen. Vance dan mayoritas nomor Jaminan Sosialnya."
Klipperstein hingga saat ini belum memberikan tanggapan langsung terhadap suspensi akunnya, namun dokumen yang dipublikasikan di Substack masih dapat diakses publik.
Konteks Hubungan dengan Iran
Peretasan yang diduga berasal dari Iran ini menambah panjang daftar tuduhan keterlibatan Iran dalam pemilihan presiden AS. Pada bulan Juli, FBI mengumumkan bahwa Iran diduga merencanakan pembunuhan terhadap mantan Presiden Donald Trump.
Selain itu, pejabat federal juga mengungkapkan bahwa Iran telah meretas dan mencuri informasi rahasia dari kampanye Trump.
Namun, Iran dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Dalam pernyataannya kepada Newsweek, Misi Iran untuk PBB menyatakan bahwa tuduhan ini "tidak berdasar dan tidak memiliki landasan hukum."
Iran menegaskan bahwa mereka tidak memiliki niat maupun motif untuk campur tangan dalam pemilihan presiden AS.
Baca Juga: Donald Trump Katakan Benci Taylor Swift Setelah Mendukung Kamala Harris
Keterlibatan Badan Intelijen AS
Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI), FBI, dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur (CISA) telah mengidentifikasi aktivitas Iran yang semakin agresif selama siklus pemilihan ini. Termasuk di dalamnya adalah upaya operasi pengaruh yang ditujukan kepada publik Amerika dan operasi siber yang menargetkan kampanye presiden.
"Ini termasuk aktivitas yang baru-baru ini dilaporkan yang bertujuan untuk mengkompromikan kampanye mantan Presiden Trump, yang menurut komunitas intelijen dilakukan oleh Iran," tulis pernyataan dari badan-badan tersebut.
Senator Lindsey Graham bahkan menyatakan bahwa Iran harus "membayar harganya" atas upaya mereka yang diduga menargetkan Trump dan mencoba "merusak" pemilihan presiden 2024.
Relevansi Dossier JD Vance dalam Musim Pemilihan
Dossier JD Vance yang dirilis Klippenstein menjadi pusat perhatian di tengah dinamika politik pemilu presiden AS 2024. Dengan klaim bahwa dokumen tersebut berisi informasi penting yang relevan bagi publik, Klippenstein meyakini bahwa pengungkapannya dapat memberikan pandangan lebih dalam mengenai latar belakang JD Vance yang kini menjadi kandidat wakil presiden dari Partai Republik.
Dalam pandangan Klippenstein, publikasi ini memiliki kepentingan besar, terlebih mengingat bahwa dokumen tersebut sebelumnya ditolak oleh media untuk dipublikasikan. Keputusan Klippenstein untuk membagikan dokumen ini dianggap sebagai langkah untuk memberikan transparansi di tengah masa pemilihan yang penuh tantangan.