kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.378.000   -2.000   -0,08%
  • USD/IDR 16.690   14,00   0,08%
  • IDX 8.602   80,24   0,94%
  • KOMPAS100 1.193   12,91   1,09%
  • LQ45 865   7,60   0,89%
  • ISSI 304   4,46   1,49%
  • IDX30 446   2,37   0,53%
  • IDXHIDIV20 515   2,35   0,46%
  • IDX80 134   1,57   1,18%
  • IDXV30 138   1,84   1,35%
  • IDXQ30 142   0,70   0,49%

Xi Menelepon Trump Secara Mendadak: Tanda China Mulai Khawatir soal Taiwan?


Kamis, 27 November 2025 / 04:52 WIB
Xi Menelepon Trump Secara Mendadak: Tanda China Mulai Khawatir soal Taiwan?
ILUSTRASI. Xi Jinping secara tiba-tiba menelepon Donald Trump pada Senin (24/11/2025) lalu dan tampaknya ada hal penting yang ingin dibicarakannya. REUTERS/Evelyn Hockstein


Sumber: Telegraph | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Melansir The Teleraph, menurut unggahan Trump di Truth Social, keduanya membahas banyak hal termasuk perang Ukraina-Rusia, fentanyl, kedelai, dan berbagai produk pertanian lainnya. Keduanya juga menyetujui rencana kunjungan resmi: Trump akan ke China pada April, sementara Xi dijadwalkan berkunjung ke AS akhir tahun depan.

“Hubungan kami dengan China sangat kuat!” tulis Trump.

Namun pernyataan itu tidak menyinggung alasan utama Xi menghubungi: Taiwan, dan memanasnya ketegangan China dengan Jepang terkait masa depan pulau tersebut.

Media pemerintah China melaporkan bahwa Xi menyampaikan posisi resmi Beijing soal Taiwan. Ia mengatakan bahwa Taiwan di bawah kendali China merupakan bagian dari tatanan internasional pascaperang yang lahir dari kerja sama AS–China melawan “fasisme dan militerisme.”

“Melihat situasi saat ini, menjadi semakin penting bagi kita untuk bersama-sama menjaga kemenangan Perang Dunia II,” kata Xi kepada Trump.

Yang dimaksud “situasi saat ini” kemungkinan merujuk ke Jepang.

Baca Juga: Kebakaran Horor di Hong Kong: 36 Tewas, 279 Hilang, Xi Jinping Sampaikan Belasungkawa

Awal bulan ini, Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan bahwa serangan China ke Taiwan dapat memicu respons militer dari Jepang. Pernyataan itu memunculkan krisis diplomatik terburuk antara kedua negara dalam lebih dari satu dekade.

Walaupun pejabat China berkali-kali meminta Takaichi menarik ucapannya, ia menolak. Ia dikenal tegas, bahkan menyebut Margaret Thatcher sebagai panutannya.

Sebagai respons, China mengeluarkan ancaman militer, membatalkan penerbangan ke Jepang, menghentikan pariwisata warganya, bahkan memanggil duta besar Jepang. Namun pemerintah Jepang tetap pada sikapnya.

Menteri Pertahanan Jepang, Shinjiro Koizumi, bahkan menegaskan akan tetap memasang rudal di Pulau Yonaguni, wilayah Jepang yang paling dekat dengan Taiwan, hanya sekitar 108 kilometer jauhnya, untuk memperkecil risiko serangan.

Sementara itu, militer China merilis video propaganda berjudul “Jika perang pecah hari ini, ini jawabanku!”, menampilkan adegan dramatis jet tempur dan kapal perang menembakkan rudal.

Baca Juga: McKinsey PHK 200 Karyawan Teknologi Pilih Andalkan AI




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×