Sumber: Al Jazeera | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pihak berwenang China menawarkan hadiah uang tunai bagi siapa pun yang memberikan informasi tentang 18 personel militer Taiwan yang dituduh melakukan operasi psikologis dan menyebarkan pesan separatis yang dianggap mengancam kedaulatan Beijing.
Al Jazeera melaporkan, polisi di kota pesisir Xiamen mengumumkan pada Sabtu (11/10) bahwa mereka akan memberikan hadiah hingga US$ 1.400 (sekitar Rp 23 juta dengan kurs Rp 16.600) bagi informasi yang mengarah pada penangkapan perwira yang mereka sebut sebagai “anggota inti divisi perang psikologis Taiwan.”
Langkah ini muncul sehari setelah Presiden Taiwan William Lai Ching-te berjanji memperkuat sistem pertahanan udara dan meningkatkan anggaran militer pulau tersebut.
Otoritas China juga merilis foto, nama, dan nomor identitas ke-18 orang itu, menuduh mereka menjalankan situs web disinformasi, membuat gim daring yang mempromosikan kemerdekaan Taiwan, dan memproduksi konten video yang menyesatkan publik.
Biro Keamanan Publik Xiamen menyebut para perwira itu telah lama “merencanakan kegiatan separatis.”
Kementerian Pertahanan Taiwan menolak tuduhan itu dari pemerintah China, yang dianggap bertujuan memecah belah masyarakat dan melancarkan perang kognitif.
Baca Juga: Taiwan Sebut Logam Tanah Jarang yang Dilarang Ekspor China Bukan Untuk Semikonduktor
Pengumuman hadiah ini muncul setelah reaksi keras Beijing terhadap pidato Hari Nasional Taiwan pada Jumat (10/10), di mana Lai mengumumkan rencana pembangunan jaringan pertahanan udara “T-Dome” dan menyerukan China untuk menghentikan ancaman kekerasan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyebut Lai sebagai “pembuat onar, pencipta bahaya, dan pembuat perang”. Sementara Kantor Urusan Taiwan menuduhnya mendorong separatisme melalui kekerasan dan dukungan asing.
Media milik negara seperti Global Times memperkuat kritik Beijing dengan menyebut proyek T-Dome sebagai “ilusi mahal” yang biayanya akan ditanggung oleh rakyat Taiwan.
China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya meski Taipei dengan tegas menolak. Dalam beberapa tahun terakhir, Beijing meningkatkan tekanan militer dan politik, membuat kekhawatiran akan invasi China terus menghantui publik Taiwan.
Meski begitu, pengumuman daftar buronan ini dinilai tidak memiliki dampak nyata, karena personel intelijen Taiwan tidak pernah secara terbuka berkunjung ke China, dan hukum China tidak berlaku di Taiwan.
Baca Juga: Xi Jinping Manfaatkan Negosiasi Dagang untuk Ubah Sikap AS atas Taiwan
China juga sempat mengeluarkan daftar serupa pada Juni lalu terhadap 20 orang yang dituduh sebagai peretas militer Taiwan, namun diabaikan oleh Taipei.