Sumber: Reuters | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - TAIPEI. Kementerian Ekonomi Taiwan menyebut pembatasan ekspor rare earth (logam tanah jarang) yang baru diberlakukan oleh China tidak akan berdampak signifikan terhadap industri semikonduktor Taiwan. Ini karena logam yang dibatasi berbeda dari yang digunakan dalam proses produksi chip di pulau tersebut.
Pada Kamis lalu, China memperluas kontrol ekspor rare earth dan menambahkan lima unsur baru untuk memperketat pengawasan terhadap pengguna di sektor semikonduktor. Langkah ini diambil menjelang pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan persaingan teknologi.
Namun, dalam pernyataannya pada Minggu (12/10), Kementerian Ekonomi Taiwan menegaskan unsur-unsur logam tanah jarang yang masuk dalam larangan baru tersebut berbeda dari yang dibutuhkan dalam proses manufaktur semikonduktor Taiwan.
Baca Juga: Rare Earth Jadi Alat Tawar Baru Beijing dalam Perang Dagang AS–China
"Produk atau turunan yang mengandung rare earth untuk kebutuhan dalam negeri Taiwan umumnya diperoleh dari Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang," tambah pernyataan tersebut.
Taiwan merupakan rumah bagi TSMC, produsen chip kontrak terbesar di dunia, yang memasok mayoritas chip canggih untuk berbagai aplikasi, termasuk kecerdasan buatan (AI).
Meski industri chip diperkirakan aman, kementerian memperingatkan kontrol ekspor China dapat berdampak pada rantai pasok global untuk produk-produk seperti kendaraan listrik dan drone.
"Dampak dari kebijakan ini terhadap sektor-sektor lain perlu terus dipantau secara ketat," kata kementerian.
Sebelumnya pada hari yang sama, pemerintah China membela langkah pembatasan ekspornya, dengan alasan kebijakan tersebut didasarkan pada kekhawatiran atas potensi penggunaan militer dari logam-logam tersebut, khususnya di tengah kondisi global yang diwarnai oleh konflik militer yang sering terjadi.