kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Zelensky: 20% Wilayah Ukraina Dikuasai Rusia, Kami Butuh Lebih Banyak Senjata


Jumat, 03 Juni 2022 / 09:49 WIB
Zelensky: 20% Wilayah Ukraina Dikuasai Rusia, Kami Butuh Lebih Banyak Senjata
ILUSTRASI. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Bucha, di luar Kyiv, Ukraina, Senin (4/4/2022).


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - KIEV. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy kembali meminta bantuan senjata setelah menerima komitmen baru dari AS. Ukraina kini masih berusaha menahan invasi Rusia yang telah memasuki hari ke-100.

Dalam pengarahan hariannya Kamis (2/6) malam, Zelensky juga menyebut saat ini pasukan Rusia telah berhasil menduduki sekitar 20% wilayah Ukraina. Kawasan industri Donbas, yang terdiri dari Luhansk dan Donetsk, menjadi pusat operasi Rusia.

Zelensky menyebut sebagian besar wilayah yang dikuasai Rusia ada dalam kondisi hancur dan ada di bawah kendali penuh Rusia. Kepada sekutunya, Zelensky berharap bisa mendapat bantuan senjata lebih banyak.

Baca Juga: Interpol: Senjata Ilegal Akan Menjamur Setelah Perang Ukraina Berakhir

"Kami mengharapkan lebih banyak kabar baik tentang pasokan senjata dari mitra kami. Kami berusaha untuk membawa pasokan sistem senjata yang modern," ungkap Zelensky, seperti dikutip Reuters.

Dari kubu lawan, Rusia menilai AS telah "menuang bahan bakar ke api" dengan terus memasok senjata ke Ukraina. Baru-baru ini pemerintahan Joe Biden menyetujui paket senjata baru senilai US$700 juta yang di dalamnya mencakup sistem roket canggih dengan jangkauan hingga 80 km.

AS juga dikabarkan tengah mempertimbangkan penjualan drone tempur canggih ke Ukraina. Pihak Kremlin melihat langkah tersebut justru akan menambah penderitaan pada rakyat Ukraina.

"Memompa senjata ke Ukraina tidak akan mengubah semua parameter operasi khusus. Tujuannya akan tercapai, tapi itu akan membawa lebih banyak penderitaan ke Ukraina," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Baca Juga: Setelah Roket Jarak Menengah, AS Kini Berencana Mengirim Drone Tempur ke Ukraina

Pemerintah AS dikabarkan sedang mempertimbangkan rencana untuk menjual drone tempur MQ-1C Gray Eagle ke Ukraina. Beberapa sumber yang dikutip Reuters menyebut rencana ini akan segera disampaikan ke Kongres dalam beberapa hari mendatang.

Hingga saat ini Ukraina telah menggunakan beberapa jenis sistem udara tak berawak jarak pendek yang lebih kecil untuk melawan pasukan Rusia. Beberapa di antaranya adalah RQ-20 Puma AE dan Bayraktar TB2.

Drone MQ-1C memiliki ukuran yang jauh lebih lebih besar dengan berat lepas landas maksimum sekitar tiga kali lipat dari Bayraktar TB2. Drone AS ini juga lebih kompatibel dengan lebih banyak variasi amunisi daripada Bayraktar TB2.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×