kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anthony Pratt: Pernah tersandung monopoli (3)


Kamis, 26 Maret 2015 / 11:36 WIB
Anthony Pratt: Pernah tersandung monopoli (3)
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit ke dalam perahu bermesin di perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Candi Laras Selatan, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Jumat (20/1/2023). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/aww.


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Tri Adi

Pada 2000, kejayaan bisnis keluarga Pratt terus berkibar. Lewat dua bendera usaha, yakni Visy Industries dan Pratt Industries, saat itu nilai perusahaan keluarga ini telah mencapai US$ 1,6 miliar.

Tak heran jika bisnis keluarga Pratt mendapat julukan Raja Kotak Karton di Australia. Sebagai penguasa pasar bisnis kertas kemasan dan daur ulang, valuasi bisnis keluarga ini melampaui kompetitor terdekat yakni Amcor yang bernilai US$ 1,25 miliar.

Sebagai generasi kedua, tangan dingin Richard Pratt terbilang sukses mengembangkan perusahaan. Namun, prestasi Richard tercoreng skandal. Di saat sang anak, Anthony Pratt, membesarkan Pratt Industries di Amerika Serikat (AS), bisnis keluarga tersandung kasus monopoli.

Ceritanya begini. Pada Mei 2001, CEO Amcor, Russell Jones mengajak Richard Pratt makan malam di salah satu hotel di Melbourne. Dalam pertemuan tersebut, dua kompetitor ini sepakat berdamai dan tidak bersaing dalam beberapa kontrak penyediaan kotak karton.

Pembicaraan ini direkam oleh pihak Amcor. Tiga tahun kemudian, rekaman kesepakatan inilah yang menjadi bumerang bagi bisnis keluarga Pratt. Persekongkolan ilegal ini terus berlanjut hingga tahun 2004.

Keduanya terus intens bertemu di berbagai kesempatan, mulai dari kasino, hingga hotel kecil di daerah pinggiran. Barulah pada tahun 2005, lima direksi Amcor membeberkan persekongkolan ilegal itu, setelah mendapatkan perlindungan atau kekebalan dari pihak Australian Competition and Consumer Commission.

Sejak kasus monopoli itu mencuat, Richard terus menyangkal. Hingga akhirnya Richard membeberkan pada tahun 2007. Asal tahu saja, kongkalikong antara Visy Industries dan Amcor tercatat sebagai kasus kartel terbesar di Australia.

Akhir cerita, Richard berdamai dengan regulator dan bersedia membayar denda penalti sebesar US$ 35,7 juta agar terhindar ancaman hukuman kurungan selama enam bulan. Denda tersebut merupakan denda monopoli terbesar di Negeri Kangguru.

Sementara Amcor dituntut empat konsumen kakap, yakni Cadbury Schweppes, Nestle, Lion Nathan dan Foster’s yang memprotes penetapan harga jual yang tinggi karena monopoli. Amcor pun mendapat tuntutan konsumen dari 17.000 konsumen kecil hingga lebih total tuntutan mencapai US$ 400 juta.

Setelah membayar denda di Juni 2008, Richard kembali terjerat kasus hukum. Kali ini, Richard dituduh telah berbohong di bawah sumpah saat bersaksi di pengadilan mengenai keterlibatannya dalam kasus tersebut. Perjuangan Richard melawan kasus hukum berdampak kesehatannya.

Richard mulai sakit-sakitan hingga akhirnya, sehari sebelum ia meninggal akibat kanker prostat di April 2009, tuntutan atas kesaksian palsu dibatalkan. Yang menarik, drama kartel tersebut menjadi proses latihan bagi Anthony mengelola perusahaan.

Sejak Richard tersandung kasus hukum, kendali bisnis diambil alih Anthony. Sembari memulihkan nama baik Visy Industries, Anthony terus melebarkan sayap bisnis Pratt Industries di AS.

Setelah sang ayah tutup usia, Anthony pulang ke Australia untuk menakhodai bisnis keluarga pada tahun 2010. Di surat wasiat, sang ayah membagi aset Visy Industries secara rata kepada putra dan dua anak perempuan sah. Anthony mewarisi sepertiga dari harta sang ayah yang sebesar AU$ 5,5 miliar.

Secara organisasi, Anthony memegang tampuk kepemimpinan bisnis. Dalam tempo empat tahun, harta Anthony berlipat menjadi US$ 3,7 miliar.                  

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×