kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anthony Pratt: Hijrah demi Pratt Industries (2)


Rabu, 25 Maret 2015 / 13:06 WIB
Anthony Pratt: Hijrah demi Pratt Industries (2)
ILUSTRASI. Simak Rekomendasi Saham Energi Baru Terbarukan Pasca Sentimen Bursa Karbon dan BREN


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Tri Adi

Ungkapan buah dan tak jauh dari pohonnya tepat menggambarkan karakter Anthony Joseph Pratt dan sang ayah, Richard Pratt. Ambisius dan ekspansif kental mengalir dalam darah bisnis kedua generasi keluarga Pratt ini.

Setelah sang kakek, Leon Pratt meninggal dunia di tahun 1969, Richard resmi menyandang status baru sebagai nakhoda bisnis keluarga Pratt yakni Visy Industries. Saat itu, omzet tahunan perusahaan kertas, kemasan dan daur ulang itu mencapai US$ 5 juta dengan 200 tenaga kerja.

Kendati banyak yang meragukan kemampuan Richard, dia membuktikan diri sebagai generasi kedua yang berani ekspansi bisnis. Richard membangun pabrik baru di New South Wales dan Queensland sepanjang tahun 1970-an.

Richard bahkan memelopori ekspansi Visy di bisnis daur ulang. Awalnya, Visy hanya memproduksi produk kotak karton bergelombang. Richard membuka pabrik daur ulang kertas pertama di Warwick Farm, Sydney.

Sebagai salah satu pelopor bisnis daur ulang, ekspansi ini membawa Visy sebagai salah satu penguasa pasar bisnis daur ulang di Australia. Sebagai gambaran, pada tahun 1990, Visy telah merebut pangsa pasar bisnis daur ulang Australia lebih dari 40% dengan tenaga kerja sebanyak 2.000.

Belum puas di Benua Kanguru, di tahun 1991 Visy bernafsu merambah pasar global. Richard berinisiatif membangun perusahaan terafiliasi (sister company) bernama Pratt Industries yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Sang anak, Anthony yang memberikan andil besar dalam membesarkan skala bisnis keluarga di kancah internasional melalui Pratt Industries. Anthony terlahir pada tahun 1960 dari istri sah Richard, Jeanne Lasker, seorang jurnalis asal Polandia.

Anthony tumbuh besar sebagai saksi mata laju perkembangan pesat Visy di tangan sang ayah. Makanya, tak heran jika Anthony mewarisi gaya bisnis sang ayah yang haus ekspansi. Mengekor sang ayah, Anthony berbekal pendidikan bisnis. Dia lulus dari Monash University dengan gelar Bachelor of Economics pada 1983.

Setelah lulus, dia tidak langsung terjun ke bisnis keluarga. Anthony menimba ilmu bisnis dengan bekerja di perusahaan konsultan McKinsey & Co. Tujuh tahun berselang, Anthony pindah ke AS untuk memperluas kerajaan bisnis keluarga, pada tahun 1991.

Pada tahun pertama mengambil alih bisnis di AS, Pratt Industries USA mampu memperoleh pendapatan sebesar US$ 100 juta. Di AS, Pratt Industries fokus menggarap bisnis daur ulang. Lompatan bisnis Anthony terjadi pada tahun 1995.

Kala itu, Pratt Industries berhasil memenangkan kontrak daur ulang limbah kertas di seluruh kota New York. Itu artinya, perusahaan harus mendaur ulang lebih dari 150.000 ton limbah kertas yang dihasilkan penduduk kota New York setiap tahunnya.

Sejak saat itu, bendera bisnis Pratt Industries terus berkibar di AS. Setelah 20 tahun malang melintang, kini Pratt Industries telah menjelma menjadi produsen kertas bergelombang kelima terbesar di dunia sekaligus perusahaan daur ulang kertas terbesar.

Pekerja Pratt Industries berkembang menjadi 4.000 orang yang tersebar di puluhan pabrik yang berada di 20 negara bagian AS. Tak diduga, skala bisnis Pratt Industries malahan melampaui sang perusahaan afiliasi Visy, yang terlahir lebih dahulu.

Bisnis Visy juga semakin kokoh di pasar Australia. Tercatat pada tahun 2000, Visy berhasil memperoleh pendapatan sebesar US$ 211 juta. Saat itu, valuasi perusahaan keluarga tersebut telah mencapai US$ 1,6 miliar. Visy merupakan pemain utama di. Bahkan, ketenaran bisnis keluarga Pratt mendapat julukan Raja Kotak Karton.        

(Bersambung)




TERBARU

[X]
×