Reporter: Issa Almawadi | Editor: Tri Adi
Siapa sangka dari berjualan minuman berenergi dan jus kemasan, Beverage Corporation bisa menjelma menjadi salah satu raksasa perusahaan minuman di Amerika Serikat.
Sebelum menjadi seperti saat ini, Monster Beverage sebelumnya yang masih bernama Hansen Natural Corporation adalah penjual minuman jus.
Kehadiran Rodney Cyril Sacks memberikan banyak perubahan bagi perusahaan. Dari bisnis ini pula, Sacks kini berlimpah materi dan menjadi salah satu miliarder dunia.
Di balik kesuksesan Monster Beverage, nama Rodney Cyril Sacks menjadi aktor penting yang mengubah jalan cerita perusahaan produsen minuman berenergi tersebut.
Setelah mengakuisisi Monster Beverage yang sebelumnya bernama Hansen Natural pada tahun 1990, Sacks bersama rekannya dari Afrika Selatan, Hilton Schlosberg, sukses menyalip dominasi penjualan minuman berenergi yang selama ini dikuasai sang rival utama, Red Bull, perusahaan asal Austria.
Harian Los Angeles Times pada tahun 2014 lalu menurunkan tulisan yang mengurai faktor pendorong keberhasilan Sacks mengembangkan Monster Beverage. Salah satunya soal strategi penjualan lewat jaringan distributor eksklusif.
Sacks juga mengombinasikan strategi tersebut dengan menjual minuman berbasis jus dan juga minuman ringan berkarbonasi langsung ke pengecer.
Dari beberapa produk yang ada, Monster Energy memberi porsi 95% terhadap total penjualan Monster Beverage. Setidaknya, produk tersebut telah dijual di 114 negara di enam benua.
Tahun 2014, penjualan Monster Beverage mencapai US$ 2,5 miliar. Penjualan ini jauh lebih besar ketimbang 22 tahun silam.
Sebagai gambaran, pada saat menjual sahamnya ke publik alias initial public offering (IPO) pada tahun 1992, atau dua tahun setelah diakuisisi Sacks, perusahaan tersebut baru mencetak pendapatan sebesar US$ 17,5 juta per tahun.
Dalam salah satu kesempatan wawancara dengan Los Angeles Times tahun 2014 lalu, Sacks secara singkat mengomentari kesuksesannya mengembangkan Monster Beverage.
"Produk kami diterima dengan baik, dan penjualan terus membaik," ujar alumnus University of the Witwatersrand di Afrika Selatan tersebut.
Sebagai catatan, pada tahun 2014 silam, Monster Beverage sudah berhasil memproduksi sekitar 40 produk yang dirancang menggunakan nama-nama yang bisa meledakkan semangat. Sebut saja misalnya Ripper, Mad Dog, Hammer, dan Extra Strength Nitrous.
Keberhasilan Sacks mengembangkan bisnis Monster Beverage mengundang perhatian banyak investor.
Salah satu yang akhirnya meminang Monster Beverage adalah Coca-Cola. Produsen minuman bersoda itu mengambil alih 16,7% saham Monster Beverage. Selain itu, Coca-Cola juga memulai kerjasama untuk mengembangkan bisnis minuman berenergi.
Menurut Forbes, Coca-Cola mengakuisisi saham Monster Beverage pada harga premium senilai total US$ 2,15 miliar. Kehadiran Coca-Cola lantas memicu aksi beli investor pasar modal lainnya yang juga ingin meraup keuntungan bersama kesuksesan Monster Beverage.
Asal tahu saja, beberapa jam setelah pembelian Coca-Cola diketahui publik, saham Monster Beverage melonjak hingga 22%.
Terhadap penjualan sebagian saham Monster Beverage kepada Coca-Cola, Sacks dan Scholsberg boleh jadi bisa disebut sebagai pemenangnya.
Saat itu, Sacks menggenggam setidaknya 18,43 juta saham. Sementara Schlosberg memiliki 18,3 juta saham.
Dengan kepemilikan saham sebanyak itu, dua pendiri Monster Beverage itu kini memiliki kekayaan masing-masing US$ 1,6 miliar saat harga saham berada di kisaran US$ 87,4 per saham.
Tidak hanya untuk dalam hal portofolio saham, Coca-Cola juga tetap menyerahkan kontrol perusahaan kepada Sacks dan Scholsberg.
Itu memungkinkan kedua orang mengendalikan beberapa produk seperti NOS, Full Throttle, Burn, Mother, Play and Relentless. Bahkan, Monster Beverage juga punya akses untuk menggunakan jaringan distribusi Coca-Cola.
(Bersambung)