Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Demonstrasi di Indonesia menjadi isu yang tengah ramai dibahas saat ini. Masyarakat Indonesia menyampaikan tuntutannya baik melalui media sosial maupun turun langsung ke jalan dan melakukan aksi demo.
Beberapa protes terbesar dalam sejarah dunia telah berhasil mengubah kebijakan yang dianggap tidak adil, termasuk di Indonesia.
Sebagian aksi menarik begitu banyak peserta hingga menjadi titik balik sejarah. Meskipun beberapa protes besar tidak selalu mencapai tujuannya, aksi tersebut meninggalkan jejak di masyarakat, dan sering kali menginspirasi demonstrasi lain di seluruh dunia dan selama beberapa dekade.
Berikut demonstrasi-demonstrasi terbesar di dunia yang pernah tercatat sejarah.
10 demo terbesar di dunia
Dilansir dari Live Science, Jumat (11/3/2022), per tahun 2022, berikut demonstrasi terbesar di dunia yang pernah dilakukan.
1. Protes petani India (2020-2021)
Puluhan ribu petani India memprotes rancangan undang-undang pertanian pada 2020–2021 karena khawatir aturan baru membuat mereka bergantung pada perusahaan besar.
Protes yang dilakukan pada September 2020 di Punjab dan Haryana meluas hingga ke Delhi, dengan blokade jalan, rel kereta, hingga mogok makan.
Baca Juga: AHY: Total Kerugian Fasilitas Umum Akibat Kericuhan Demo Capai Rp 950 Miliar
Dukungan meluas, termasuk aksi mogok lebih dari 250 juta pekerja pada November 2020.
Meski Mahkamah Agung sempat menangguhkan aturan pada Januari 2021, para petani tetap bertahan di tengah pandemi dan cuaca ekstrem.
Setelah 18 bulan, pada November 2021 PM Narendra Modi mencabut undang-undang tersebut. Aksi pun berakhir pada Desember 2021.
2. George Floyd dan Black Lives Matter (2020)
Pada 25 Mei 2020, di tengah pandemi virus Corona, George Floyd tewas di Minneapolis setelah polisi Derek Chauvin menekan lehernya dengan lutut selama lebih dari sembilan menit. Peristiwa tersebut terekam dalam sebuah video dan viral di media sosial.
Dalam video tersebut Floyd memohon dan berkata "saya tidak bisa bernapas". Video tersebut memicu kemarahan publik.
Dalam dua hari, ribuan orang turun ke jalan di berbagai kota Amerika. Seminggu kemudian, protes menyebar ke 75 kota, sebagian disertai bentrokan dan lebih dari 4.000 penangkapan.
Presiden Donald Trump bahkan sempat mempertimbangkan intervensi militer. Gerakan Black Lives Matter ikut mengoordinasi aksi ini, yang kemudian berkembang menjadi gerakan global menentang rasisme.
Demonstrasi berlangsung hingga Juni 2020, meski jumlah peserta mulai berkurang.
Baca Juga: Mensos: Korban Meninggal dan Luka akibat Demo Rusuh Dapat Santunan
3. Pawai Perempuan (2017)
Pengacara pensiunan, Teresa Shook, mengeluarkan ajakan bertindak di Facebook menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden 2016, dan memulai serangkaian peristiwa yang mengarah pada protes satu hari terbesar dalam sejarah AS.
Teresa Shook menulis "Kita harus berbaris" di Pantsuit Nation, memicu lebih dari setengah juta orang turun ke jalan di Washington DC sehari setelah pelantikan Trump.
Peristiwa tersebut diikuti hampir sekitar 1,5 persen dari populasi di wilayah tersebut, yang berawal dari penolakan terhadap sikap presiden baru terhadap perempuan serta pandangan politiknya.
Banyak demonstran mengenakan topi berwarna merah muda, merujuk pada bahasa yang digunakan Donald Trump dalam rekaman percakapan tentang perempuan.
Gerakan ini berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, meskipun jumlah pengunjuk rasa tidak pernah menyamai jumlah tahun 2017.