kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.413   -9,00   -0,05%
  • IDX 7.515   50,54   0,68%
  • KOMPAS100 1.061   11,17   1,06%
  • LQ45 796   8,47   1,07%
  • ISSI 254   0,53   0,21%
  • IDX30 415   3,38   0,82%
  • IDXHIDIV20 474   3,64   0,77%
  • IDX80 120   1,18   1,00%
  • IDXV30 124   1,05   0,86%
  • IDXQ30 133   1,29   0,98%

10 Negara Berkembang Ini Menghadapi Krisis Utang Akut


Kamis, 06 April 2023 / 07:08 WIB
10 Negara Berkembang Ini Menghadapi Krisis Utang Akut
ILUSTRASI. Jumlah negara berkembang yang menghadapi krisis utang mencapai rekor. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

6. PAKISTAN

Gejolak politik dan ekonomi selama berbulan-bulan, yang diperburuk oleh banjir yang melumpuhkan tahun lalu dan rekor inflasi, membuat Pakistan berada dalam zona bahaya.

China setuju untuk membiayai kembali dana segar senilai US$ 1,8 miliar yang telah dikreditkan ke bank sentral Pakistan, dan bulan lalu memperpanjang pinjaman US$ 2 miliar yang telah jatuh tempo di bulan Maret. China memberikan bantuan selama krisis neraca pembayaran Pakistan yang akut.

Tetapi pembicaraan dengan IMF untuk tahap pinjaman US$ 1,1 miliar yang tertunda, bagian dari dana talangan US$ 6,5 miliar yang disepakati pada tahun 2019, telah berlarut-larut dan cadangan devisa telah turun menjadi kurang dari empat minggu impor.

7. TUNISIA

Perekonomian Afrika Utara yang bergantung pada pariwisata berada dalam krisis sehingga menyebabkan kekurangan bahan makanan pokok.

Pinjaman IMF sebesar US$ 1,9 miliar telah macet selama berbulan-bulan karena presiden Tunisia tidak menunjukkan tanda-tanda akan melakukan reformasi-reformasi penting. 

Sebagian besar utang berasal dari dalam negeri, namun pembayaran pinjaman luar negeri akan jatuh tempo pada akhir tahun ini. Lembaga-lembaga pemeringkat kredit mengatakan bahwa Tunisia mungkin akan gagal bayar.

Baca Juga: IMF Setuju Pencairan Pinjaman Sebesar US$ 5,4 Miliar untuk Argentina

8. SRI LANKA

Sri Lanka gagal membayar utang internasionalnya tahun lalu setelah salah urus ekonomi, yang diperburuk oleh pandemi COVID-19. Hal ini memicu krisis politik dan membuatnya tidak memiliki dolar bahkan untuk impor yang penting.

IMF menandatangani paket dana talangan senilai US$ 3 miliar bulan lalu yang dapat membantu negara pulau di Asia Selatan ini mendapatkan dukungan tambahan sebesar hampir US$ 4 miliar dari Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, dan pemberi pinjaman lainnya.

Para pejabat pemerintah menargetkan untuk menyelesaikan pembicaraan restrukturisasi hutang pada bulan September. Sri Lanka juga sedang menyusun ulang bagian dari hutang domestiknya dan bertujuan untuk menyelesaikannya pada bulan Mei.




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×