Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Dua warga negara Indonesia atau WNI yang bekerja sebagai awak kapal ada di dalam kapal tanker berbendera Korea Selatan yang ditahan Angkatan Laut Garda Revolusi Iran pada Senin (4/1).
Mengutip Yonhap, DM Shipping, operator MT Hankuk Chemi, mengungkapkan, kapal tanker itu membawa 20 awak kapal: 5 warga negara Korea Selatan, 11 warga Myanmar, 2 warga Indonesia, dan 2 warga Vietnam.
Korea Selatan langsung mengirim kapal perang dari Cheonghae Unit, satuan anti-pembajakan Angkatan Laut Korea yang ditempatkan di Selat Hormuz, ke perairan tempat Iran menyita kapal tanker berbendera negeri ginseng itu.
"Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Korea Selatan di Iran memastikan, semua awak (kapal tanker) aman, dan meminta pembebasan lebih awal kapal tersebut," kata Kementerian Luar Negeri Korea dalam pernyataan Senin (4/1), seperti dikutip Yonhap.
Baca Juga: Iran sita kapal tanker Korea Selatan, Seoul kirim kapal perang
Kementerian Pertahanan Korea Selatan menyatakan, akan menangani penyitaan kapal tanker oleh Iran tersebut bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian perikanan serta Angkatan Laut multinasional yang beroperasi di perairan terdekat.
Menurut Kementerian Luar Negeri Korea Selatan, kapal tanker MT Hankuk Chemi yang sedang melakukan perjalanan di perairan dekat Oman, bergerak menuju perairan Iran atas permintaan otoritas Iran.
Bantah mencemari perairan
DM Shipping membantah kapal tanker tersebut mencemari perairan di Teluk Persia.
Seorang pejabat DM Shipping, yang berbasis di Busan, mengatakan, pihak berwenang Iran menghubungi MT Hankuk Chemi saat berlayar di laut lepas dan tidak ada pencemaran.
Baca Juga: Dituding cemari perairan, Iran sita kapal tanker Korea Selatan
Personel Angkatan Laut Garda Revolusi Iran naik ke MT Hankuk Chemi sekitar pukul 16.30 waktu setempat dan menuntut pemeriksaan kapal di perairan Iran, menurut pejabat DM Shipping.
“(Kapten kapal) menanyakan kenapa kami harus pergi dan diperiksa (di perairan Iran), dan tidak mendapat jawaban,” ujarnya kepada Yonhap.
Insiden itu terjadi ketika ketegangan meningkat antara Amerika Serikat (AS) dan Iran, dengan Teheran memulai pengayaan uranium hingga 20% di fasilitas bawah tanah mereka.
Korea Selatan telah menghadapi kesulitan diplomatik antara AS, sekutu inti, dan Iran, mitra dagang utama di Timur Tengah.