Sumber: Business Insider | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Meskipun kekhawatiran soal tarif antara Amerika Serikat dan China terasa sudah mereda, Morgan Stanley memperingatkan bahwa investor harus siap jika perang dagang kembali memanas dalam waktu dekat.
Kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk menunda sebagian tarif selama satu tahun sempat disambut positif oleh pasar, karena menghapus sebagian ketidakpastian yang menghantui ekonomi global. Namun, menurut Morgan Stanley, euforia ini tidak akan bertahan lama.
Melansir Business Insider, ekonom Jenny Zheng mengatakan investor sebaiknya bersiap menghadapi ekonomi global yang makin terfragmentasi, di mana AS tidak lagi menjadi penentu utama aturan main global. Zheng dan timnya memperingatkan bahwa hubungan dagang AS–China dapat memburuk kembali dalam tahun mendatang.
“Gencatan senjata ini sangat rapuh,” ujar Zheng. “Persaingan AS–China yang terus berlangsung di berbagai sektor berarti negosiasi, gencatan, dan ketegangan berkala akan menjadi ‘situasi normal baru’ untuk ke depan.”
Morgan Stanley memetakan tiga skenario utama yang mungkin terjadi:
1. Skenario Dasar (Base Case)
Dalam skenario paling mungkin, gencatan senjata berlangsung selama satu tahun, diselingi ketegangan kecil yang sesekali muncul.
“Kesepakatan gencatan satu tahun sedikit positif bagi pertumbuhan dan pasar. Pemangkasan tarif 10 poin persentase untuk fentanyl serta penundaan langkah non-tarif dapat meningkatkan ekspor China sekitar 1 poin persentase, atau mendorong PDB riil tumbuh tambahan 0,1 poin persentase,” tulis Morgan Stanley.
Baca Juga: Ini Dampak Besar Kebijakan Pembatasan Mineral Kritis China Terhadap PDB AS
Dalam skenario ini, China mulai melakukan penyesuaian kecil untuk menyeimbangkan kembali ekonominya — tetapi dampaknya diperkirakan tidak signifikan.
2. Skenario Buruk (Bear Case)
Jika gencatan senjata yang rapuh ini gagal lebih cepat, maka tarif baru dan hambatan perdagangan akan kembali meningkat. Hal ini dapat mengacaukan pasar global dan rantai pasok dunia.
Analis Morgan Stanley memperkirakan indeks MSCI China akan jatuh akibat tekanan ekonomi baru. Kedua negara juga bisa kembali saling membalas dengan pembatasan ekspor bahan tambang langka dan teknologi tinggi.
“Hasilnya: tekanan cepat pada rantai pasok global dan fragmentasi perdagangan-teknologi yang makin dalam,” tulis laporan itu.
Baca Juga: China Umumkan Pembatasan Ekspor Bahan Kimia setelah Kesepakatan Fentanyl dengan Trump













