Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
3. Krisis Perumahan
Kenaikan harga rumah dan suku bunga hipotek mengancam kemampuan kelas menengah untuk memiliki rumah, mendorong mereka ke pasar sewa yang lebih mahal.
Keluarga kelas menengah semakin menjelajahi opsi alternatif, seperti pindah ke pasar yang lebih kecil atau mempertimbangkan pengaturan perumahan multi-generasi.
Meningkatnya biaya rumah, suku bunga yang lebih tinggi, dan asuransi rumah yang lebih mahal sedang mendorong keluarga kelas menengah turun ke tingkat sosial-ekonomi yang lebih rendah.
4. Utang yang Menumpuk
Tingginya utang, terutama utang kartu kredit dan pinjaman lainnya, ditambah dengan tabungan yang minim, dapat menyebabkan krisis keuangan jika terjadi keadaan darurat.
Kombinasi antara utang tinggi dan tabungan rendah menciptakan badai sempurna. Satu keadaan darurat medis atau kehilangan pekerjaan dapat memicu dampak finansial yang besar.
Membangun dana darurat yang menutupi enam bulan biaya harus menjadi prioritas, bahkan jika itu berarti mengurangi kontribusi pensiun atau pengeluaran gaya hidup untuk sementara.
Baca Juga: 10 Pertanda Seseorang Tak Bisa Keluar dari Kelas Menengah Tanpa Menyadarinya
5. Kekacauan Pasar
Gangguan ekonomi, seperti krisis rantai pasokan dan konflik geopolitik, dapat memicu kehilangan pekerjaan dan mengurangi stabilitas finansial.
Industri yang sebelumnya dianggap stabil, seperti perhotelan dan transportasi, mengalami PHK yang luas dan penutupan bisnis.
Solusinya terletak pada diversifikasi—tidak hanya investasi, tetapi juga sumber pendapatan dan keterampilan. Keluarga kelas menengah perlu memiliki beberapa rencana cadangan keuangan. Ini termasuk mempertahankan keterampilan yang dapat dipasarkan di sektor yang berbeda, membangun portofolio investasi yang beragam, dan menciptakan beberapa aliran pendapatan.