Sumber: Yahoo Finance | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Selama pandemi, Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador berusaha meminimalkan gawatnya situasi di Meksiko. Pada awalnya, dia menolak seruan untuk memberlakukan lockdown nasional dan terus mengadakan aksi unjuk rasa di seluruh negeri sebelum akhirnya, pada 23 Maret 2020, Meksiko ditutup selama dua bulan. Dia juga sering menolak untuk memakai masker.
Setelah mewarisi tambal sulam layanan kesehatan yang kurang didanai ketika ia menjabat pada 2018, López Obrador hanya meningkatkan sedikit pengeluaran terkait kesehatan selama pandemi. Para ahli mengatakan anggaran rumah sakit tidak cukup untuk tugas besar yang mereka hadapi.
Bahkan sebelum pandemi meletus, kebijakan penghematan fiskal ekstrem López Obrador - yang diberlakukan sejak 2018 - telah membuat penanganan krisis kesehatan jauh lebih sulit dengan secara signifikan membatasi bantuan keuangan Covid-19 yang tersedia untuk warga dan bisnis.
Baca Juga: Jumlah tes minim, epidemiolog perkirakan akan ada ledakan kasus Covid-19
Hal itu, pada gilirannya, memperburuk guncangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi di Meksiko, hingga munculnya gelombang kedua musim dingin yang ganas.
Akhirnya, kebijakan penguncian lagi menjadi tidak terhindarkan. Meksiko ditutup lagi sebentar pada Desember 2020.
Saat ini, pemakaian masker meningkat dan Meksiko telah memvaksinasi penuh 10% dari populasinya, dibandingkan dengan 1% di negara tetangga Guatemala. Segalanya membaik, tetapi jalan Meksiko menuju pemulihan masih panjang.
Informasi saja, The Conversation merupakan situs berita nirlaba yang didedikasikan untuk berbagi ide dari pakar akademis.