kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

5 Perbedaan Utama Kebiasaan Kelas Menengah versus Kelas Atas


Rabu, 15 Januari 2025 / 03:30 WIB
5 Perbedaan Utama Kebiasaan Kelas Menengah versus Kelas Atas
ILUSTRASI. Memahami kebiasaan yang berbeda antara kelas sosial ekonomi memberikan wawasan berharga tentang pembangunan kekayaan. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Memahami kebiasaan yang berbeda antara kelas sosial ekonomi memberikan wawasan berharga tentang pembangunan kekayaan dan pengelolaan gaya hidup. 

Perbedaan ini melampaui tingkat pendapatan hingga mencakup pendekatan mendasar terhadap uang, pendidikan, dan hubungan.

Dengan memeriksa kontras ini secara objektif, Anda dapat lebih memahami bagaimana kebiasaan memengaruhi hasil keuangan jangka panjang dan berpotensi menyesuaikan praktik yang bermanfaat dengan keadaan Anda. 

Mengutip New Trader U, berikut adalah lima perbedaan utama dalam hal kebiasaan antara kelas menengah dengan kelas atas:

1. Manajemen Aset: Pembayaran Bulanan vs. Penghasil Pendapatan

Kelas menengah biasanya mendekati kepemilikan aset melalui metode pembiayaan tradisional, dengan fokus pada barang-barang penggunaan pribadi seperti rumah dan kendaraan. 
Keputusan keuangan mereka sering kali melibatkan pengelolaan pembayaran bulanan dan pembangunan ekuitas melalui kepemilikan tempat tinggal utama.

Pendekatan ini menekankan stabilitas dan pengeluaran yang dapat diprediksi, mempertahankan skor kredit yang baik dan tingkat utang yang dapat dikelola. 

Baca Juga: Ini Nilai Kekayaan Bersih yang Mendefinisikan Kelas Atas, Menengah, dan Bawah

Bagi banyak keluarga kelas menengah, investasi paling signifikan yang akan mereka lakukan adalah tempat tinggal utama mereka, yang mereka lihat terutama sebagai tempat tinggal daripada sarana investasi.

Sebaliknya, individu kelas atas memprioritaskan perolehan aset yang menghasilkan aliran pendapatan tambahan. Mereka sering melihat properti sebagai kendaraan investasi, bukan sekadar tempat tinggal, mencari peluang dalam real estat komersial, usaha bisnis, dan portofolio investasi yang beragam.

Pendekatan mereka terhadap manajemen aset menekankan pada perolehan arus kas dan potensi apresiasi atas nilai penggunaan pribadi. 

Pola pikir ini mengarah pada perolehan berbagai properti, kepentingan bisnis, dan kepemilikan investasi yang dapat menciptakan aliran pendapatan pasif. 

Investor kelas atas sering memanfaatkan aset yang ada untuk mengembangkan aset baru, yang menciptakan efek bola salju dari akumulasi kekayaan.

2. Pendekatan Risiko: Keamanan Pertama vs Pengambilan Risiko Strategis

Perilaku keuangan kelas menengah biasanya menunjukkan preferensi yang kuat untuk pengembalian yang terjamin dan kendaraan investasi yang stabil. 

Strategi investasi mereka sering berpusat di sekitar rekening pensiun yang disponsori perusahaan, sertifikat deposito, dan opsi berisiko rendah lainnya.

Pendekatan yang hati-hati ini berasal dari kebutuhan untuk melindungi sumber pendapatan utama dan menjaga stabilitas keuangan. 
Fokusnya tetap pada pelestarian modal daripada menumbuhkannya secara agresif, yang mencerminkan pentingnya keamanan kerja dan pendapatan tetap dalam perencanaan keuangan kelas menengah.

Baca Juga: 5 Barang yang Harus Setop Dibeli oleh Kelas Menengah Menurut Warren Buffett

Manajemen risiko kelas atas mengambil pendekatan yang sangat berbeda. Mereka merangkul pengambilan risiko yang diperhitungkan dalam mengejar keuntungan yang lebih tinggi. 

Strategi investasi mereka sering kali mencakup peluang modal ventura, spekulasi pasar, dan ekspansi bisnis.

Mereka biasanya mempertahankan diversifikasi portofolio yang canggih, yang memungkinkan mereka menyerap potensi kerugian sambil mengejar keuntungan yang substansial. 

3. Perencanaan Keuangan: Penganggaran Bulanan vs Perkalian Kekayaan

Perencanaan keuangan kelas menengah biasanya berputar di sekitar manajemen anggaran bulanan dan pembayaran utang. Fokusnya tetap pada mempertahankan standar gaya hidup saat ini sambil membangun tabungan untuk kebutuhan masa depan.

Dana darurat dan perencanaan pensiun sering kali bersaing dengan pengeluaran langsung untuk sumber daya yang terbatas. Hal ini menciptakan keseimbangan yang rumit antara pemeliharaan gaya hidup saat ini dan keamanan finansial masa depan, yang mengarah pada penganggaran yang cermat dan prioritas biaya.

Strategi keuangan kelas atas menekankan pertumbuhan kekayaan eksponensial melalui investasi strategis dan usaha bisnis. Perencanaan mereka melampaui kebutuhan pribadi untuk mencakup transfer kekayaan antar generasi, optimalisasi pajak, dan menciptakan aliran pendapatan pasif yang berkelanjutan.

Baca Juga: 7 Tanda Seseorang Naik dari Kelas Menengah ke Kelas Atas Tanpa Menyadarinya

4. Filosofi Pendidikan: Persyaratan Karier vs Pertumbuhan Berkelanjutan

Kelas menengah mendekati pendidikan, dengan fokus pada kemajuan karier dan sertifikasi profesional. Investasi pendidikan biasanya selaras erat dengan persyaratan pekerjaan tertentu atau standar industri.

Setelah mapan dalam karier mereka, pendidikan tambahan sering kali dikesampingkan demi tanggung jawab pekerjaan dan kewajiban keluarga. Pengembalian investasi untuk pendidikan biasanya diukur dalam hal kenaikan gaji atau keamanan kerja daripada pengembangan pribadi yang lebih luas.

Filosofi pendidikan kelas atas merangkul pembelajaran seumur hidup sebagai landasan pengembangan pribadi.

Mereka sering berinvestasi dalam program pendidikan lanjutan, pelatihan individu, dan pelatihan khusus di luar bidang utama mereka.

Pendidikan dipandang sebagai investasi berkelanjutan dalam modal manusia, dengan pengembalian yang diukur dalam pengetahuan dan penciptaan peluang. 

Baca Juga: 4 Tanda Utama Seseorang Termasuk dalam Warga Kelas Bawah Tanpa Menyadarinya

Komitmen untuk pembelajaran berkelanjutan ini sering meluas ke anak-anak mereka, dengan investasi pendidikan yang signifikan dimulai sejak dini dan berlanjut sepanjang hidup.

5. Gaya Jaringan: Lingkaran Sosial vs. Koneksi Strategis

Jaringan kelas menengah sering kali melalui asosiasi profesional, komunitas lokal, dan minat bersama. Hubungan ini dibangun secara alami melalui lingkungan kerja, koneksi lingkungan, dan kegiatan sosial.

Meskipun berharga untuk pemenuhan pribadi dan stabilitas karier, jaringan ini biasanya beroperasi dalam lingkaran sosial ekonomi yang sama. Fokusnya cenderung pada mempertahankan hubungan pribadi yang bermakna daripada memperluas peluang profesional secara strategis.

Jaringan kelas atas sengaja berfokus pada membangun hubungan strategis yang dapat menciptakan peluang substansial. Lingkaran sosial mereka sering kali mencakup para pembuat keputusan, pemimpin industri, dan tokoh berpengaruh di berbagai sektor.

Tonton: 5 Kebiasaan Buruk yang Bikin Warga Kelas Menengah Bawah Sulit Sukses

Koneksi ini sering kali mengarah pada peluang investasi eksklusif, kemitraan bisnis, dan akses ke informasi istimewa. Jaringan merupakan strategi bisnis yang krusial, dengan acara sosial dan keanggotaan dalam organisasi eksklusif berfungsi sebagai wadah untuk membangun hubungan dan menciptakan peluang.

Selanjutnya: Kapan Puncak Musim Hujan 2025? Ini Prakiraan BMKG



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×