Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Beijing tengah menumpuk “kartu tawar-menawar” menjelang pembicaraan AS–China yang diperkirakan akan digelar ketika Presiden Donald Trump dan Xi Jinping berkunjung ke Seoul bulan ini, dengan mengumumkan pengendalian ekspor baru untuk memperketat cengkeramannya atas rantai pasok manufaktur berteknologi tinggi.
Mengutip Reuters, kedua negara adidaya ini tampak kesulitan keluar dari gencatan dagang sementara — jeda 90 hari yang dimulai 11 Agustus dan berakhir sekitar 9 November — meski para pejabat dari kedua belah pihak terus bertemu membahas isu-isu lama sejak KTT Madrid bulan lalu, yang disebut-sebut sebagai terobosan berkat kesepakatan TikTok, di mana AS akan mengambil bagian saham dalam salah satu perusahaan China paling sukses di luar negeri.
Baca Juga: UPDATE: Trump Panaskan Lagi Perang Dagang! Wall Street Langsung Rontok Jumat (10/10)
Kronologi Perang Dagang
Pada 4 Februari 2025, Trump memberlakukan tambahan tarif 10% atas impor dari China dengan tuntutan agar Beijing berbuat lebih banyak menghentikan aliran prekursor fentanyl ke AS.
China membalas dengan bea masuk atas sejumlah komoditas AS, peralatan pertanian, dan mobil, serta membuka penyelidikan terhadap beberapa perusahaan Amerika.
Pada April, Trump menargetkan China dengan tarif lebih dari 100% lewat kebijakan besar “Liberation Day duties”, sambil menunda tarif timbal balik terhadap beberapa negara lain yang dianggap tidak adil berdagang dengan AS.
China kembali membalas, dan dalam beberapa pekan berikutnya, kedua pihak terus saling menaikkan tarif hingga mencapai puncak pada Mei. Mereka akhirnya sepakat pada 12 Mei untuk melakukan jeda pertama selama 90 hari, yang menurunkan tarif AS atas produk China dari 145% ke 30%, dan tarif China atas barang AS dari 125% ke 10%.
Sejak saat itu, telah terjadi dua kali perpanjangan 90 hari, terakhir pada 11 Agustus.
5 Titik Panas Baru
Berikut adalah 5 titik panas terbaru dalam ketengangan hubungan AS-China:
Baca Juga: Donald Trump Goyang Pasar Lagi, Bursa Wall Street Anjlok
1. Mineral Kritis
Pada Kamis lalu, bersamaan dengan penambahan lima unsur baru ke dalam daftar kontrol, Beijing juga mengumumkan pembatasan ekspor untuk beberapa jenis berlian buatan dan bahan anoda grafit sintetis — dua sektor di mana China menjadi produsen utama dunia — yang digunakan dalam produksi semikonduktor, perangkat kuantum, dan sistem elektronik canggih.
Kebijakan baru ini akan berlaku mulai 8 November, sehari sebelum gencatan dagang saat ini berakhir. Xi dan Trump dijadwalkan bertemu di sela-sela KTT APEC sebelum tanggal tersebut.
China, produsen rare earths (logam tanah jarang) terbesar di dunia, memang memperketat kontrol atas mineral-mineral penting ini, yang digunakan dalam baterai lithium-ion, semikonduktor, mesin pesawat, TV LED, lensa kamera, dan banyak lagi.
Langkah-langkah pengendalian sebelumnya pada April telah menyebabkan kelangkaan global, sebelum akhirnya serangkaian kesepakatan dengan Eropa dan AS meredakan krisis pasokan.
2. Semikonduktor
Salah satu alasan China memperketat kontrol atas mineral penting adalah karena AS membatasi aksesnya terhadap semikonduktor canggih, yang sangat krusial bagi pengembangan kecerdasan buatan (AI).
Menurut para anggota parlemen AS, tanpa pembatasan tersebut, China bisa membalik-rekayasa atau mengembangkan teknologi chip canggih lebih cepat dari AS, yang pada gilirannya bisa memberi keunggulan industri sekaligus militer.
China berulang kali meminta pemerintahan Trump mencabut pembatasan itu, menuduh Washington berusaha “menahan perkembangan ekonomi yang sah” milik Beijing.
Baca Juga: Wall Street Anjlok, Trump Kerek Tarif Impor Tiongkok 100%
3. Taiwan
Melihat bahwa pemerintahan Trump mungkin terbuka pada kesepakatan di luar isu dagang, muncul laporan bahwa Beijing berupaya kembali mendorong Washington untuk mengubah bahasa resmi terkait sikap AS terhadap kemerdekaan Taiwan.
China menginginkan AS mengatakan “kami menentang kemerdekaan Taiwan”, bukan sekadar “tidak mendukung kemerdekaan Taiwan”, seperti pernyataan resmi yang berlaku saat ini.
4. Neraca Perdagangan
Beijing juga menuntut agar pemerintahan Trump menghapus tarif tambahan dan melonggarkan pembatasan investasi bagi perusahaan China di AS — salah satu sumber friksi utama yang belum terselesaikan.
Investasi perusahaan China di AS kini diawasi ketat karena kekhawatiran tentang transfer teknologi, keamanan siber, dan aplikasi ganda sipil-militer, terutama di bidang AI, dirgantara, bioteknologi, semikonduktor, dan telekomunikasi.
Sebaliknya, politisi AS menginginkan China berkomitmen membeli lebih banyak pesawat Boeing, dan menyoroti fakta bahwa pembeli kedelai terbesar dunia itu belum memesan kargo kedelai dari AS.
Tonton: AS Desak G7 dan Uni Eropa Kenakan Tarif Bagi China dan India karena Beli Minyak Rusia
5. Fentanyl
Meski Trump telah memberlakukan tarif 20% untuk fentanyl sejak awal 2025 guna menekan China agar menghentikan aliran bahan kimia yang memicu krisis opioid di AS, Beijing belum mengumumkan langkah besar sebagai respons.
Namun pada Juni, China menyatakan telah menambahkan dua prekursor baru ke dalam daftar bahan kimia terkontrol dan menangkap atau menuntut sekitar 2.000 orang terkait pencucian uang narkoba.
Meski begitu, pemerintahan Trump tidak bergeming.