Sumber: AP News | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BRUSSELS. Di tengah ketegangan hubungan Barat dengan Rusia, The North Atlantic Treaty Organization (NATO) akan melanjutkan latihan perang nuklir minggu depan.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan latihan nuklir ini telah lama direncanakan meskipun saat akan dilakukan terjadi saat ketegangan sedang meningkat akibat perang di Ukraina dan peringatan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mempertahankan wilayah Rusia.
Latihan yang dijuluki “Steadfast Noon,” ini diadakan setiap tahun dan biasanya berlangsung selama sekitar satu minggu. Latihan perang ini melibatkan jet tempur yang mampu membawa hulu ledak nuklir tetapi tidak melibatkan bom langsung.
Jet konvensional, dan pesawat pengintai dan pengisian bahan bakar juga secara rutin ambil bagian.
Baca Juga: Misterius, Kapal Selam Rusia Bersenjata Nuklir Tsunami Hilang dari Pelabuhan Arktik
14 dari 30 negara anggota NATO akan terlibat dalam latihan tersebut, yang direncanakan sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada Februari. Bagian utama dari manuver akan diadakan lebih dari 1.000 kilometer (625 mil) dari Rusia, kata seorang pejabat NATO.
“Itu akan mengirimkan sinyal yang sangat salah jika kita tiba-tiba sekarang membatalkan latihan rutin yang sudah lama direncanakan karena perang di Ukraina. Itu akan menjadi sinyal yang salah untuk dikirim,” kata Stoltenberg.
“Perilaku NATO yang tegas dan dapat diprediksi, kekuatan militer kita, adalah cara terbaik untuk mencegah eskalasi,” katanya.
Ia melanjutkan, “Jika sekarang kami menciptakan alasan untuk kesalahpahaman, kesalahan perhitungan di Moskow tentang kesediaan kami untuk melindungi dan membela semua sekutu, kami akan meningkatkan risiko eskalasi.”
Baca Juga: Ini yang Akan Dilakukan AS Jika Rusia Melancarkan Serangan Nuklir di Ukraina
Dengan mundurnya tentara Rusia di bawah pukulan pasukan Ukraina yang dipersenjatai dengan senjata Barat, Putin meningkatkan taruhannya dengan mencaplok empat wilayah Ukraina dan menyatakan mobilisasi parsial hingga 300.000 pasukan cadangan untuk menopang garis depan yang runtuh.
Ketika rencana perangnya menjadi serba salah, Putin telah berulang kali mengisyaratkan bahwa dia dapat menggunakan senjata nuklir untuk melindungi keutuhan wilayah Rusia. Ancaman itu juga ditujukan untuk menghalangi negara-negara NATO mengirim senjata yang lebih canggih ke Ukraina.
NATO sebagai sebuah organisasi tidak memiliki senjata apapun. Senjata nuklir yang secara nominal terkait dengan NATO tetap berada di bawah kendali tegas tiga negara anggota yakni AS, Inggris, dan Prancis.
Kelompok Perencanaan Nuklir rahasia aliansi akan bertemu pada hari Kamis di antara para menteri pertahanan.
Baca Juga: Prediksi Suram Sekjen NATO: Mobilisasi Rusia Bakal Menelan Lebih Banyak Korban Jiwa
Stoltenberg menggambarkan retorika nuklir Putin yang berputar-putar sebagai “berbahaya dan sembrono,” dan menggarisbawahi bahwa sekutu “juga telah menyampaikan dengan jelas kepada Rusia bahwa itu akan memiliki konsekuensi yang parah jika mereka menggunakan senjata nuklir dengan cara apa pun.”
“Kami memantau dengan cermat kekuatan nuklir Rusia,” kata Stoltenberg.
“Kami belum melihat perubahan apa pun dalam sikap Rusia, tetapi kami tetap waspada.”