kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada 20.169 orang yang bunuh diri di Jepang pada 2019, jadi rekor terendah!


Kamis, 19 Maret 2020 / 17:18 WIB
Ada 20.169 orang yang bunuh diri di Jepang pada 2019, jadi rekor terendah!
ILUSTRASI. Karyawan melintasi jalan di Tokyo, Jepang. Angka bunuh diri di Jepang sentuh rekor terendah dengan 20.169 kasus pada tahun 2019 lalu. REUTERS/Thomas Peter/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Tingkat bunuh diri di Jepang turun selama sepuluh tahun berturut-turut pada tahun 2019 yang juga mencapai rekor terendah. Meskipun penurunan ini tidak terjadi di kalangan anak muda Jepang.

Dilansir dari South China Morning Post, statistik yang dirilis oleh Badan Kepolisian Nasional mencatat ada 20.169 orang Jepang mengambil nyawanya sendiri pada tahun 2019.

Baca Juga: Kasus corona minim, panel pakar Jepang merekomendasikan sekolah buka kembali

Angka ini turun 617 kasus bunuh diri pada tahun sebelumnya dan merupakan angka terendah sejak polisi mulai mengumpulkan angka nasional setiap tahun pada tahun 1978.

Meskipun terjadi penurunan bunuh diri secara keseluruhan, bagaimanapun, Jepang masih memiliki masalah dengan kalangan usia muda yang mengakhiri hidup mereka sendiri.

Sepanjang 2019, 659 orang Jepang berusia 20 atau di bawahnya meninggal dengan cara bunuh diri, alias meningkat 60 kasus dari tahun sebelumnya. 

Kelompok mereka juga merupakan satu-satunya kelompok usia yang mengalami peningkatan kasus bunuh diri walaupun analis berpendapat Jepang tidak sendirian dalam tren ini.

Baca Juga: Trump sengaja sebut corona sebagai virus China, WHO mengecam

"Secara umum, ada jumlah bunuh diri di kalangan remaja yang relatif tinggi di sebagian besar negara dan itu adalah sesuatu yang telah disalahkan pada anak muda yang menjalani ujian atau masa sulit dalam hidup mereka dan pada saat mereka tidak cukup matang untuk menghadapi situasi," kata Yukio Saito, mantan ketua Asosiasi Jepang untuk Pencegahan Bunuh Diri.

"Orang-orang muda seringkali sangat tidak stabil dalam hubungan mereka, mereka merasa menghadapi yang krisis lebih dalam dan cepat, tetapi tidak melihat pengalaman dari orang tua untuk mengatasi krisis," ungkapnya.

Bullying di sekolah telah lama menjadi masalah di Jepang dan sering dikutip di kalangan anak muda yang meninggalkan catatan bunuh diri. 

Jumlah bunuh diri tertinggi yang tercatat di Jepang adalah 34.427 kasus pada tahun 2003, setelah lebih dari satu dekade mengalami stagnasi ekonomi yang telah menghantam para pemilik bisnis.

Baca Juga: Beijing diguncang kasus impor corona dari luar negeri

Angka-angka yang mengkhawatirkan segera menarik perhatian tokoh pemerintah, otoritas lokal, pengusaha dan kelompok pendukung swasta, yang bersama-sama datang dengan sejumlah inisiatif yang dirancang untuk menekan angka bunuh diri.

Serta upaya untuk mengurangi stres di tempat kerja dan pengenalan saluran telepon 24 jam untuk bantuan konseling di samping sejumlah ide lain yang lebih inovatif.

Banyak stasiun kereta api Jepang, misalnya, sekarang telah memasang lampu biru dan cermin di ujung platform mereka, di mana bunuh diri lebih sering terjadi. 

Baca Juga: Begini cara pecinta tarian klasik Jepang melawan penyebaran virus corona

Pencahayaan biru dirancang untuk memiliki efek menenangkan, dengan pantulan di cermin dimaksudkan sebagai pengingat harga diri bagi siapa pun yang memiliki pikiran untuk bunuh diri.




TERBARU

[X]
×