kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.871.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.445   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.107   66,36   0,94%
  • KOMPAS100 1.034   12,73   1,25%
  • LQ45 806   9,73   1,22%
  • ISSI 223   1,91   0,86%
  • IDX30 421   5,94   1,43%
  • IDXHIDIV20 502   10,81   2,20%
  • IDX80 116   1,41   1,23%
  • IDXV30 120   2,66   2,27%
  • IDXQ30 138   2,04   1,50%

Ada perang tarif, China malah catat rekor surplus dagang dengan AS


Jumat, 12 Oktober 2018 / 19:56 WIB
Ada perang tarif, China malah catat rekor surplus dagang dengan AS
ILUSTRASI. Perekonomian - ekspor impor China


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Boleh jadi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal making urung-urungan. Secara tak terduga, ekspor China tumbuh jauh lebih tinggi dari perkiraan.

Lonjakan ekspor tersebut menghasilkan surplus perdagangan yang makin besar bagi China atas AS. Ini dapat memperburuk perselisihan yang sudah memanas antara China dengan AS.

Reuters melaporkan, merujuk data kepabeanan China, ekspor China di bulan September 2018 naik 14,5% secara tahunan, laju tercepat sejak Februari 2018.

Kenaikan ekspor itu jauh lebih tinggi dari bulan Agustus 2018 yang naik 9,8%. Juga lebih tinggi perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 8,9%.

Surplus perdagangan China dengan AS mencapai rekor terbesar bulanan yakni US$ 34,13 miliar pada bulan September 2018, melebihi rekor surplus sebelumnya senilai US$ 31,05 miliar pada bulan Agustus 2018.

Selama sembilan bulan pertama tahun ini, surplus China dengan pasar ekspor terbesarnya tersebut mencapai US$ 225,79 miliar. Ini lebih tinggi dibandingkan sekitar US$ 196,01 miliar pada periode sama tahun lalu.

Kurs yuan yang terdepresiasi sekitar 6% terhadap dollar AS tahun ini sepertinya lebih menyengat dibandingkan tarif impor yang dikenakan AS pada barang dari China senilai US$ 250 miliar.

"Gambaran besar adalah ekspor Cina sejauh ini bertahan dengan baik dalam menghadapi meningkatnya ketegangan perdagangan dan pertumbuhan global, kemungkinan besar berkat dorongan daya saing yang diberikan dari yuan yang lebih lemah," kata Julian Evans-Pritchard, ekonom senior China di Ekonomi Kapital seperti dikutip Reuters.



TERBARU

[X]
×