Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Revolusi kecerdasan buatan mengubah lanskap profesional dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Apa yang dimulai dengan mengotomatisasi tugas-tugas manufaktur rutin telah berkembang pesat ke ranah kerah putih yang dulunya dianggap unik bagi manusia.
Pada tahun 2030, banyak karier kelas menengah yang secara tradisional memberikan stabilitas. Dan mobilitas sosial akan berubah secara signifikan atau berpotensi dihilangkan oleh sistem AI yang semakin canggih.
Namun, tidak semua profesi menghadapi tingkat gangguan yang sama.
Pasalnya, beberapa karier memerlukan kualitas yang sulit ditiru oleh mesin – kecerdasan emosional yang mendalam, penilaian etika yang kompleks, visi kreatif, dan kehadiran fisik yang menciptakan hubungan manusia yang bermakna.
Berdasarkan lintasan teknologi saat ini dan keterbatasan mendasar AI, tujuh pekerjaan profesional ini kemungkinan akan tetap didominasi manusia bahkan saat otomatisasi membentuk kembali ekonomi yang lebih luas.
Baca Juga: Kecerdasan Buatan Berpotensi Membantu Komunikasi Bisnis Perusahaan di Indonesia
Mengutip New Trader U, inilah tujuh profesi yang tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh AI dalam lima tahun ke depan:
1. Terapis dan Konselor
Profesional kesehatan mental bergantung pada elemen mendasar yang tidak dapat benar-benar ditiru oleh AI: hubungan manusia yang autentik.
Meskipun aplikasi terapi dan chatbot bertenaga AI telah muncul sebagai alat pelengkap, penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa hasil terapi berkorelasi kuat dengan kualitas hubungan terapi antara praktisi dan klien.
2. Direktur Kreatif dan Seniman
Walaupun AI kini dapat menghasilkan gambar, teks, dan musik yang mengagumkan berdasarkan pola dari karya yang sudah ada, arahan kreatif yang benar-benar inovatif membutuhkan kualitas yang belum dapat ditiru oleh mesin: visi orisinal, intuisi budaya, dan kemampuan untuk mengantisipasi tren yang muncul alih-alih sekadar menganalisis tren yang sudah ada.
Direktur kreatif dalam periklanan, film, mode, dan desain harus memahami konteks budaya yang halus, resonansi emosional, dan penilaian estetika yang melampaui pola data.
Karya kreatif yang paling sukses sering kali melanggar aturan yang ditetapkan dengan cara yang sulit diprediksi secara algoritmik.
Baca Juga: Cak Imin Sebut AI Membuat Orang Malas Berpikir
Kreator manusia memanfaatkan pengalaman hidup, pendalaman budaya, dan pemahaman intuitif tentang psikologi audiens untuk mengembangkan karya yang benar-benar terhubung dan beresonansi.