Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memerintahkan serangan mematikan atas Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Kepela Pasukan Quds Iran, akhirnya bersuara.
Lewat akun Twitternya, Jumat (3/1), Trump mengatakan, Soleimani telah membunuh atau melukai ribuan orang AS dalam waktu yang lama, dan berencana untuk membunuh lebih banyak lagi.
"Tetapi tertangkap! Dia secara langsung dan tidak langsung bertanggungjawab atas kematian jutaan orang, termasuk sejumlah besar pengunjuk rasa yang terbunuh di Iran," kata Trump.
Baca Juga: Ini beragam reaksi terhadap pembunuhan Jenderal Iran Soleimani
"Sementara Iran tidak akan pernah mengakuinya, Soleimani dibenci dan ditakuti di negara itu. Mereka tidak begitu sedih karena para pemimpin akan membiarkan dunia luar percaya. Dia seharusnya dikeluarkan bertahun-tahun yang lalu!," ujar Trump.
Trump menambahkan, Iran tidak pernah bakal memenangkan perang, tetapi tidak pernah kehilangan kesempatan untuk melakukan negosiasi dengan AS.
Pembunuhan Soleimani di Bandara Baghdad lewat serangan udara militer AS, Jumat (3/1) pagi, meningkatkan ketegangan di Irak dan kawasan Timur Tengah.
Kedutaan Besar AS di Baghdad mendesak semua warga Amerika untuk segera meninggalkan Irak. Reuters melaporkan, lusinan warga AS yang bekerja di perusahaan minyak asing di Basra meninggalkan Irak.
Para pejabat Irak mengatakan, evakuasi warga AS tersebut tidak akan memengaruhi produksi dan ekspor minyak negaranya. Harga minyak melonjak lebih dari $ 3 per barel karena kekhawatiran gangguan pasokan Timur Tengah.
Baca Juga: Ketegangan meningkat, Kedubes desak warga AS segera tinggalkan Irak
Melnasir Reuters, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan, aksi balas yang keras menunggu "penjahat" yang membunuh Soleimani. Dan, kematiannya akan melipatgandakan perlawanan terhadap AS dan Israel.
Dalam pernyataan di media pemerintah, Khamenei menyerukan tiga hari berkabung nasional dan menunjuk wakil Soleimani, Brigadir Jenderal Esmail Ghaani, untuk menggantikannya sebagai kepala Pasukan Quds.
Israel menempatkan tentaranya dalam siaga tinggi. Sedang sekutu-sekutu AS di Eropa termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman menyuarakan keprihatinan atas peningkatan ketegangan di Timur Tengah.