Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas sektor jasa Jepang bulan Februari merosot dalam laju paling kencang dalam enam tahun terakhir. Penyebaran virus corona menekan sektor ini dan mengancam Jepang menuju resesi.
Tekanan di negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia ini terus meningkat dalam beberapa pekan. Sentimen konsumen dan bisnis turun tajam setelah adanya perlambatan di China.
Angka Jibun Bank Japan Services Purchasing Managers' Index (PMI) merosot ke 46,8 pada bulan Februari dari posisi bulan sebelumnya 51. Angka bulan Februari ini merupakan level terendah sejak April 2014 ketika Jepang menaikkan pajak penjualan.
Angka PMI sektor jasa ini masih sedikit lebih tinggi ketimbang prediksi di angka 46,7. Tapi, survei data menunjukkan kejatuhan yang luas akibat virus corona. Apalagi, konsumen Jepang masih merasakan dampak kenaikan pajak yang terjadi Oktober lalu.
Baca Juga: Terjadi panic buying akibat wabah corona, pembelian tisu toilet di Australia dibatasi
Joe Hayes, ekonom IHS Markit mengatakan, ekonomi Jepang sangat mungkin masuk ke resesi di kuartal pertama ini setelah kontraksi di kuartal terakhir 2019 lalu. Resesi bisa dihindari kalau ada rebound luar biasa pada bulan Maret. "Para pembuat kebijakan tidak berdaya untuk mengimbangi penurunan dampak virus corona," kata Hayes seperti dikutip Reuters.
"Rantai pasokan kemungkinan tersendat karena vendor China menghadapi banyak penundaan sementara meningkatnya virus corona covid-19 di luar China juga akan menahan keinginan konsumen untuk bepergian atau makan di restoran," kata Hayes.
Banyak perusahaan terhantam oleh penurunan turis di Jepang. Responden dalam survei mengatakan bahwa mereka harus menutup toko karena tidak ada pekerjaan.
Ekspektasi bisnis turun dengan laju pertumbuhan terendah sejak Juli 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi Jepang akan tetap tertekan hingga beberapa waktu ke depan.
Baca Juga: Kekayaan para miliarder dunia menguap Rp 6.333 triliun tersengat virus corona
Composite PMI yang termasuk sektor manufaktur dan jasa Jepang, juga merosot dengan laju paling kencang sejak April 2014. PMI total turun ke 47 dari posisi Januari lalu 51.