kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi ratusan ribu warga Catalan yang tolak merdeka


Senin, 09 Oktober 2017 / 08:15 WIB
Aksi ratusan ribu warga Catalan yang tolak merdeka


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BARCELONA. Situasi di Catalonia masih belum kondusif. Pada Minggu (8/10) kemarin, ratusan ribu demonstran memenuhi pusat kota Barcelona, ibukota Catalonia, untuk menentang rencana para pemimpin separatis mendeklarasikan kemerdekaan Catalonia. Aksi ini dilakukan menyusul referendum pemisahan diri yang dianggap ilegal oleh pemerintah pusat Spanyol.

Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Spanyol dan Catalonia sekaligus membawa banner bertuliskan "Bersama kita akan lebih kuat" dan "Catalonia adalah Spanyol".

Aksi unjuk rasa ini merupakan yang terbesar di Catalonia pasca kerusuhan akibat pelaksanaan referendum kemerdekaan yang terjadi pekan lalu.

Ribuan warga Catalonia ini menentang pemisahan diri dari Spanyol. Selama ini mayoritas di antara mereka "tetap diam" di tengah kondisi politik yang memanas, Namun akhirnya, mereka memutuskan untuk angkat bicara.

"Kami sudah terlalu lama diam. Kami harus memperdengarkan suara kami dan berkata dengan tegas bahwa kami tidak ingin merdeka," jelas Alejandro Marcos seperti yang dilansir AFP.

Sejumlah demonstran menyerukan pemimpin separatisme Carles Puigdemont harus ditangkap karena tetap memaksa menggelar referendum kemerdekaan meskipun dinyatakan tidak syah oleh pemerintah dan mahkamah Spanyol.

Salah satu spanduk berbunyi,"Kesatuan Spanyol tidak bisa divoting atau dinegosiasikan, kesatuan harus dipertahankan."

Pihak kepolisian memprediksi, jumlah pengunjuk rasa kali ini mencapai 350.000 orang. Namun, pihak penyelenggara demonstrasi mengklaim angkanya mencapai 930.000 hingga 950.000 orang.

BBC menulis, di antara mereka yang ikut reli adalah mantan menteri Spanyol Josep Borrell dan peraih nobel Mario Vargas Llosa.

"Anda membutuhkan lebih dari kudeta untuk menghancurkan apa yang telah dibangun sejarah sejak 500 tahun silam," jelas Vargas Llosa di hadapan kerumunan massa.

Aksi serupa juga digelar di Spanyol pada Sabtu (7/10).

Mengingatkan saja, hasil final dari referendum di negara bagian kaya bagian timur laut Spanyol itu mengindikasikan 90% dari 2,3 juta warga Catalonia mendukung kemerdekaan. Hal ini setara dengan 43%.

Kendati demikian, ada sejumlah klaim yang bertolak belakang. Selain itu, banyak kotak pemungutan suara yang ditahan oleh pihak kepolisian Spanyol.

Diprediksi, hampir 900 orang terluka setelah polisi Spanyol berupaya untuk menggagalkan pelaksanaan referendum dan membubarkan massa. Dalam kejadian tersebut, 33 polisi juga terluka.




TERBARU

[X]
×