Penulis: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Jika Warren Buffett semata-mata mengejar keuntungan dari properti, ia akan membuat keputusan yang sangat berbeda.
Namun pria yang dikenal sebagai pemburu saham, bukan pemburu rumah mewah, memang tak pernah terlalu peduli dengan luas bangunan.
Melansir dari Yahoo Finance, sejak tahun 1958, Buffett tinggal di rumah sederhana di Omaha—sebuah rumah stucco dengan lima kamar tidur yang ia beli seharga US$31.500 atau sekitar Rp 500 juta.
Itu jauh sebelum ia menjadi salah satu orang terkaya di dunia, dengan kekayaan bersih yang kini mencapai sekitar US$151 miliar.
Baca Juga: Erajaya (ERAA) Optimistis Raup Penjualan di Jakarta Fair 2025
Rumah jadi salah satu investasi terbaik Warren Buffett
Dalam surat tahunan kepada pemegang saham Berkshire Hathaway tahun 2010, Buffett menyebut rumah itu sebagai "investasi terbaik ketiga yang pernah saya buat", sambil menambahkan, "Dua investasi terbaik saya adalah cincin pernikahan."
Namun, Buffett juga mengakui bahwa rumah itu bukanlah keputusan finansial paling menguntungkan.
"Saya sebenarnya akan menghasilkan jauh lebih banyak uang jika memilih menyewa dan menggunakan uang pembelian rumah untuk membeli saham," aku Buffett.
"Namun, dari rumah seharga US$31.500 itu, keluarga saya dan saya mendapatkan 52 tahun kenangan indah — dan masih terus bertambah."
Saat ini, Zillow memperkirakan nilai rumah tersebut mencapai sekitar US$1,44 juta (lebih dari Rp23 miliar), meningkat lebih dari 44 kali lipat dari harga belinya.
Keuntungan lebih dari US$1,4 juta secara nilai — cukup mengesankan untuk seseorang yang masih memesan sarapan dari McDonald’s berdasarkan kondisi pasar.
Namun, Buffett memang tak pernah berniat mencari untung dari jual-beli rumah. Meski memiliki kerajaan bisnis, ia hanya memiliki sedikit properti pribadi.
“Punya sepuluh rumah, apa saya akan lebih bahagia?” ujarnya dalam pemutaran perdana dokumenter “Becoming Warren Buffett” pada 2017. “Kepemilikan bisa menguasai kita pada titik tertentu.”
Rumah Buffett yang dibangun pada tahun 1921 itu berada di kawasan Happy Hollow, Omaha, dengan luas sekitar 6.570 kaki persegi.
Ia membesarkan ketiga anaknya di rumah tersebut dan berulang kali menyatakan tidak ingin pindah.
“Saya bahagia tinggal di sana,” katanya kepada BBC pada 2009. “Saya akan pindah jika merasa bisa lebih bahagia di tempat lain. Tapi saya tak bisa membayangkan rumah yang lebih baik dari itu.”
Tonton: Trump Ancam Negara-Negara BRICS Dengan Tarif Tambahan 10%. Indonesia Termasuk?
Buffett memang sempat membeli rumah liburan di Laguna Beach pada 1971 seharga US$150.000 — nilai yang terbilang kecil untuk ukuran miliarder — demi menyenangkan mendiang istrinya, Susan.
Rumah itu dijual pada 2018 seharga US$7,9 juta. Ia juga pernah membeli lahan pertanian seluas 400 acre pada 1980-an seharga US$280.000, yang lebih ia hargai karena produktivitasnya yang stabil dibanding tampilan luarnya.
Meski memiliki pengalaman positif dengan properti, pesan Buffett dalam surat tahun 2010 bukan soal mengejar rumah impian, tetapi membeli rumah yang sesuai kemampuan.
"Rumah bisa jadi mimpi buruk jika pembelinya punya keinginan lebih besar dari isi dompet, apalagi jika dibantu oleh pemberi pinjaman yang dilindungi jaminan pemerintah," tulisnya.
"Tujuan sosial negara kita seharusnya bukan menempatkan keluarga dalam rumah impian mereka, melainkan rumah yang mereka mampu beli."
Ironisnya, meski pernah mengatakan akan membeli “ratusan ribu rumah tapak” saat krisis properti 2012, Buffett justru menerapkan strategi yang jarang dipilih para miliarder: membeli yang ia sukai, mempertahankan yang berfungsi, dan menyimpannya selama puluhan tahun.
Kini saat Buffett bersiap mundur dari posisinya di Berkshire Hathaway, satu hal jadi semakin jelas: ia tak pernah mengukur kekayaan dari ukuran rumah — tapi dari keputusan yang masuk akal dan berkelanjutan.