Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Alibaba Group diperkirakan akan menyoroti strategi kecerdasan buatan (AI) saat merilis laporan kuartalan pada Jumat (29/8/2025).
Namun, seperti halnya pesaingnya, Tencent dan Baidu, raksasa teknologi asal China ini kemungkinan masih kesulitan membuktikan bahwa investasi miliaran dolar di sektor AI mampu memberikan hasil nyata.
Sejak kesuksesan global ChatGPT, perusahaan teknologi China ramai-ramai meluncurkan model bahasa besar (LLM) dan menyematkannya ke produk utama mereka.
Baca Juga: Migrasi Cloud ke Alibaba dan Tencent Tuntas, GOTO Bisa Hemat Lebih dari 50%
Namun, monetisasi terbukti berat, karena konsumen di China relatif enggan membayar biaya berlangganan sebagaimana pengguna di AS dan Eropa.
Alibaba menjadi salah satu pemain paling agresif di industri AI, hampir setiap pekan memamerkan kemajuan teknologi.
Meski begitu, kontribusi AI pada pertumbuhan masih minim, sementara bisnis inti e-commerce terus ditekan persaingan harga ketat di tengah pelemahan ekonomi domestik.
Data LSEG memperkirakan pendapatan bisnis cloud Alibaba, yang mencakup penjualan produk berbasis AI, hanya naik 4,3% dibanding kuartal sebelumnya menjadi 31,4 miliar yuan (US$4,4 miliar) pada April–Juni 2025.
Secara tahunan memang tumbuh 18%, tetapi laju pertumbuhan mulai melambat.
Kasus serupa terlihat pada Tencent dan Baidu. Pendapatan divisi layanan AI Tencent tumbuh lebih lambat dari bisnis gim mereka.
Baca Juga: Wah, Alibaba Rilis Kacamata Berteknologi AI, Hidup Semakin Praktis
Sementara itu, upaya Baidu mengenakan biaya berlangganan chatbot Ernie (59,9 yuan per bulan) gagal karena minim peminat, hingga dihentikan pada April lalu.
“Di China, sangat sulit menggunakan model berbayar langsung ke konsumen, berbeda dengan tren di AS,” ujar Martin Lau, Presiden Tencent, bulan ini.
CEO Baidu Robin Li juga mengatakan, pihaknya akan lebih berhati-hati dalam monetisasi AI dengan menempatkan pengalaman pengguna sebagai prioritas.
Beralih ke Pasar Korporasi
Dengan pasar konsumen yang kurang potensial, para pengembang AI China kini beralih ke klien korporasi melalui layanan API di platform cloud.
Namun, persaingan harga sejak awal 2024 menekan margin. Alibaba memangkas tarif API model Qwen-Long hingga 97% pada Mei lalu, hanya 0,0005 yuan per seribu token.
ByteDance tak mau kalah, menurunkan harga model Doubao sebesar 63% pada Juni.
Baca Juga: Alibaba Luncurkan Model AI Koding Open-Source Tercanggihnya, Qwen3-Coder
Tantangan lain datang dari tren open source. Banyak perusahaan, termasuk DeepSeek, memilih membuka akses gratis model AI mereka, sehingga mengurangi insentif bagi korporasi untuk membeli layanan berbayar.
Meski begitu, analis menilai investasi AI tetap penting, bukan semata demi pendapatan langsung, melainkan untuk memperkuat layanan iklan dan e-commerce.
“Potensi komersial jangka panjang masih jauh, tapi terlihat jelas,” kata Charlie Chai, analis 86Research.
“Keuntungan produktivitas lintas industri akan besar, dan para penyedia AI akan ikut menikmati pasar itu.”
Alibaba diperkirakan akan mencatat pendapatan kuartalan 252,9 miliar yuan, naik 4% dari tahun lalu, menurut konsensus analis LSEG.