Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat (AS) akan memveto resolusi Dewan Keamanan PBB terkait gencatan senjata dalam perang Israel di Gaza jika resolusi tersebut diajukan dalam bentuk saat ini, menurut seorang pejabat senior AS pada Rabu (20/11).
Pejabat itu menuduh anggota dewan menolak upaya kompromi secara sinis.
Dewan yang beranggotakan 15 negara itu dijadwalkan untuk memberikan suara pada rancangan resolusi yang diajukan oleh 10 anggota tidak tetap (E10) dalam pertemuan pukul 10 pagi waktu setempat (1500 GMT).
Baca Juga: Konflik Israel-Hezbollah Memasuki Fase Kritis, Korban Jiwa Bertambah di Kedua Pihak
Resolusi tersebut menyerukan gencatan senjata "segera, tanpa syarat, dan permanen," serta menuntut pembebasan sandera secara terpisah.
Pejabat AS, yang memberi keterangan secara anonim, mengatakan bahwa AS hanya akan mendukung resolusi yang secara eksplisit menyerukan pembebasan sandera segera sebagai bagian dari gencatan senjata.
"Kami telah menyatakan berkali-kali sebelumnya, kami tidak dapat mendukung gencatan senjata tanpa syarat yang tidak menyerukan pembebasan sandera segera," kata pejabat itu.
Latar Belakang Konflik
Serangan Israel selama 13 bulan di Gaza telah menyebabkan hampir 44.000 korban jiwa dan memaksa hampir seluruh penduduk wilayah itu mengungsi setidaknya sekali.
Baca Juga: Satu Generasi di Gaza Akan Hidup Tanpa Pendidikan Jika Israel Bubarkan UNRWA
Operasi ini diluncurkan sebagai tanggapan atas serangan yang dipimpin oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan lebih dari 250 orang ditahan sebagai sandera di Israel.
Menjelang potensi pemungutan suara pada resolusi gencatan senjata, Inggris mengusulkan bahasa baru yang didukung AS sebagai kompromi, tetapi usulan itu ditolak.
Beberapa anggota tidak tetap DK PBB dituding lebih tertarik memancing veto AS daripada mencapai kompromi, dengan Rusia dan China disebut mendorong sikap tersebut.
"China terus menuntut 'bahasa yang lebih tegas,' dan Rusia tampaknya menarik tali dengan berbagai anggota tidak tetap," kata pejabat itu.
"Hal ini benar-benar merusak narasi bahwa ini adalah refleksi organik dari E10, dan ada kesan bahwa beberapa anggota E10 menyesal bahwa proses penyusunan telah dimanipulasi untuk tujuan yang menurut kami sinis."
Baca Juga: Langkah Berani Malaysia: Siapkan Draft Resolusi untuk Mengeluarkan Israel dari PBB
Sikap tegas AS menunjukkan tantangan dalam mencapai konsensus internasional terkait konflik di Gaza, dengan perbedaan kepentingan antar anggota Dewan Keamanan terus menjadi penghalang utama.