kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,41   -5,94   -0.64%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Anak muda di Asia sulit membeli rumah sendiri


Jumat, 02 Desember 2016 / 15:33 WIB
Anak muda di Asia sulit membeli rumah sendiri


Reporter: Mona Tobing | Editor: Rizki Caturini

TOKYO. Pada beberapa negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia, banyak orang yang telah dewasa masih tinggal bersama orangtua. Kondisi ini terjadi lantaran anak mereka masih berjuang untuk memiliki rumah sendiri.

Seperti dikutip Bloomberg, tingginya jumlah orang dewasa yang tidak bekerja merupakan masalah besar di Korea Selatan. Sementara, di Jepang hal ini tidak terlalu menjadi masalah lantaran naiknya jumlah pekerja kontrak dan paruh waktu, meski dengan bayaran dan jaminan rendah. Meski begitu peluang lulusan SMA dan universitas untuk mendapatkan karir yang stabil di kantor dan pabrik tidak sama seperti di era orangtua mereka.

Sebuah penelitian bahkan menyebut, 3 juta orang Jepang berstatus lajang berusia 35 tahun hingga 44 tahun masih hidup bersama orangtua mereka. 620.000 orang di antaranya menganggur dan sudah tak lagi mencari pekerjaan atau hanya kadang-kadang bekerja.

"Dalam banyak kasus mereka menyerah setelah gagal mendapatkan kerja selama 3 tahun-4 tahun," ujar Fumihiko Nihi, peneliti Statistical Research and Training Institute. Begitu mereka mencapai pertengahan usia 30 tahun, semakin susah untuk mengubah jalan hidup dan kebanyakan di antara mereka berakhir dengan hidup dari penghasilan dan tunjangan pensiun orangtua.

Berdasarkan data tahun 2012 yang dikutip Nishi, hampir setiap satu dari dua orang Jepang berusia 20 tahun hingga 34 tahun lajang dan hidup bersama orangtua. Jumlah itu nyaris 10 juta orang.

Di Korea Selatan yang memiliki demografi mirip dengan Jepang berdasarkan laporan Korea Institute for Health and Social Affairs, muda-mudi lajang berusia 25 tahun atau lebih disebut  sebagai "keluarga kangguru" yang bergantung pada orangtua mengalami pertumbuhan.

Sebuah survei terpisah yang dilakukan institut ini menunjukkan, rata-rata biaya yang harus dikeluarkan orangtua untuk mendukung hidup anak mereka mencapai 740.000 won atau sekitar US$ 630 sebulan. Di dua negara tersebut, kondisi ini beriringan dengan tren orangtua yang menunda pensiun untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk tabungan pensiun mereka atau untuk sekadar membiaya anak yang belum mandiri.

Di Korea Selatan, jumlah pekerja yang berusia 60 tahun ke atas terus meningkat, sementara hanya ada sedikit perubahan pada warga dengan usia 20 tahun ke atas. Jumlah pekerja dengan usia 60 tahun ke atas sebanyak 6,1 juta pada kuartal-III 2016, lebih banyak dari pekerja yang berusia 20 tahun-29 tahun yang sebanyak 3,8 juta.

Data resmi untuk statistik kondisi tersebut di negara di Asia sulit diperoleh. Di Hong Kong, tempat di mana sejumlah real estate termahal di dunia berada, hampir 53% pria dan 47% wanita beruia 15 tahun-34 tahun hidup bersama orang tua pada tahun lalu. Sementara di Australia, sekitar 29% anak muda masih hidup bersama orangtua pada tahun 2011. Jumlahnya meningkat dari 21% di tahun 1976.

Survei yang dilakukan CBRE Group Inc. menemukan hampir 2/3 generasi milenial di Asia Pasifik masih tinggal bersama orangtua dan 18% sisanya  tidak punya rencana pindah mengingat harga properti yang makin tak terjangkau. Porsi tertinggi generasi milenial yang masih hidup bersama orangtua berada di Hong Kong dan India. Ini berdasarkan survei  terhadap 5.000 responden di Australia, China, Hong Kong, Jepang dan India.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×