Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - ANKARA. Kemampuan Turki untuk mempertahankan aksi militernya di Suriah mungkin sebagian bergantung pada apa yang terjadi jauh dari medan perang, yakni: di pasar valuta asing.
Melansir Reuters, Lira telah lama menjadi bola penentu geopolitik dan penangkal petir untuk hubungan antara Ankara dan sekutu Baratnya, khususnya Washington.
Tekanan baru pada mata uang dan upaya untuk menstabilkan lira bisa jadi dapat membahayakan cadangan mata uang asing Turki yang memang sudah ramping. Dan, kondisi itu menyebabkan Turki hanya memiliki sedikit ruang untuk mempertahankan lira jika sanksi ekonomi internasional diperketat. Pada gilirannya, hal itu dapat melukai ekonomi Turki yang sudah rapuh dan mengganggu kemampuan Presiden Tayyip Erdogan untuk menghadapi tekanan internasional terhadap serangannya di Suriah.
Baca Juga: Erdogan: Turki akan memulai kembali operasi di Suriah jika Kurdi tidak mundur
Tahun lalu, perselisihan dengan Amerika Serikat merupakan faktor yang memperburuk penurunan lira yang mencapai 30%. Kejadian itu mendorong resesi ekonomi di negara itu yang sangat bergantung pada impor serta arus investor asing.
Dalam satu ukuran, Turki memiliki cadangan devisa sekitar US$ 36 miliar, jumlah ini diprediksi tidak cukup untuk mempertahankan serangan berkelanjutan pada mata uangnya.
"Cadangan devisa bank sentral yang menyusut, kebutuhan rollover mata uang asing yang besar, dan kerentanan ekonomi lainnya akan membatasi ruang gerak Turki di Suriah," kata Karl Schamotta, direktur strategi valuta asing dan produk terstruktur di Cambridge Global Payments di Toronto seperti yang dikutip Reuters.
Baca Juga: Duh, Trump bilang, Turki dan Kurdi seperti dua anak yang harus bertarung
Bank-bank pemerintah dilaporkan telah membantu menopang lira yang tertekan dalam beberapa pekan terakhir. Menurut perkiraan, sudah US$ 2 miliar disalurkan ke pasar dalam sehari pada minggu ini untuk mempertahankan posisi mata uang lira. Meskipun demikian, lira tetap keok 1,5% pada hari-hari awal invasi, sebelum akhirnya pulih.
"Cadangan devisa dapat diabaikan di Turki," kata Tatha Ghose, analis valas dan pasar berkembang di Commerzbank di London. "Kami berasumsi bahwa bank sentral Turki tidak memiliki sumber daya cadangan nyata untuk melawan pelemahan lira jika hal itu muncul," kata Ghose.
Bahkan negara-negara seperti Rusia dan China, yang memiliki cadangan devisa yang jauh lebih besar, mengalami penurunan cadangan yang drastis saat tekanan terhadap mata uang memuncak.
Bank sentral Turki menolak berkomentar.
Baca Juga: Kurdi: Turki masih menembaki daerah-daerah sipil di Suriah saat gencatan senjata
Kesepakatan untuk menghentikan operasi militer di Suriah diajukan sebagai kelonggaran bagi aset Turki. Pemerintah juga telah berusaha mempersulit investor untuk melakukan aksi spekulasi terhadap lira. Para trader melaporkan, beberapa bank Turki menahan pasokan lira ke mitra luar negeri.
Namun, bantuan itu sepertinya bersifat sementara. Sanksi Gedung Putih terhadap sejumlah menteri dan pejabat Turki tetap ada, kasus pengadilan AS di mana pemberi pinjaman negara Halkbank dituduh mengambil bagian dalam skema untuk menghindari sanksi AS terhadap Iran terus berlanjut, dan sejumlah negara Eropa telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi penjualan senjata kepada sekutu NATO mereka.
Dan dengan dorongan kongres AS untuk sanksi lebih lanjut, banyak investor khawatir euforia pasar mungkin berumur pendek.
Baca Juga: Sehari pasca gencatan senjata, tembakan masih terjadi di Suriah
Sejarah lira dipenuhi dengan contoh-contoh ketegangan dengan Washington secara dramatis yang memperkuat pergerakan nilai tukar. Sementara, tekanan inflasi - dan implikasinya terhadap upaya bank sentral untuk menurunkan suku bunga - selalu hadir.
Cadangan devisa sangat penting bagi kemampuan suatu negara untuk mendukung mata uangnya serta memenuhi tagihan impor dan pembayaran utang luar negeri.