Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Amerika Serikat dan Korea Selatan akan memulai latihan militer gabungan berskala besar minggu depan.
Rencana tersebut diumumkan oleh kedua negara pada hari Senin (12/8/2024).
Adapun Latihan militer gabungan ini berfokus pada pencegahan meningkatnya ancaman nuklir, rudal, dan siber Korea Utara.
Melansir Reuters, latihan tahunan Ulchi Freedom Shield akan diadakan dari tanggal 19-29 Agustus dan akan mencakup manuver lapangan langsung, latihan pos komando berbasis simulasi komputer, dan latihan pertahanan sipil terkait.
"Latihan tersebut akan mencerminkan ancaman nyata di semua domain seperti meningkatnya ancaman rudal Republik Rakyat Demokratik Korea, gangguan GPS, serangan siber, dan pelajaran yang dipetik dari konflik bersenjata baru-baru ini," kata kedua militer dalam siaran pers bersama.
Republik Rakyat Demokratik Korea adalah nama resmi Korea Utara.
"Secara khusus, Aliansi ROK-AS akan semakin memperkuat kemampuan dan posisinya untuk mencegah dan mempertahankan diri dari senjata pemusnah massal," kata rilis tersebut.
Menurut Kolonel Lee Sung-jun, juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, dalam jumpa pers di Seoul pada hari Senin, sekitar 19.000 tentara Korea Selatan akan berpartisipasi dalam latihan tersebut.
Baca Juga: Cara Kim Jong Un Menantang Sanksi Barat: Kendarai SUV Mercedes-Benz Terbaru
Akan ada total 48 latihan lapangan termasuk latihan pendaratan amfibi dan latihan tembak langsung. Angka ini naik dari 30 latihan dalam Ulchi Freedom Shield tahun lalu.
"Kami akan fokus pada pencegahan penggunaan senjata pemusnah massal, termasuk rudal nuklir Korea Utara," kata Lee.
Skenario penggunaan nuklir Korea Utara akan diadakan selama latihan pertahanan sipil dan evakuasi Ulchi yang dipimpin pemerintah pada tanggal 19-22 Agustus, tambahnya.
"Latihan [Ulchi Freedom Shield] akan mencerminkan ancaman nyata di semua domain, seperti ancaman rudal DPRK," kata Kolonel Ryan Donald, juru bicara Pasukan AS di Korea.
"Semua ini dirancang agar kita tidak mengalami kegagalan imajinasi, sehingga kita dapat memastikan bahwa kita mempertahankan Republik Korea," kata Donald.
Pyongyang sering mengecam latihan gabungan sekutu sebagai persiapan untuk invasi dan menegaskan bahwa program nuklir dan rudalnya merupakan bentuk pencegahan yang diperlukan.
Baca Juga: Pejabat KPK yang Memimpin Penyelidikan Tas Mewah Ibu Negara Korsel Ditemukan Tewas
Latihan ini dilakukan di tengah serangkaian uji senjata dan retorika panas dari Korea Utara. Minggu lalu, Kim Jong Un mengumumkan bahwa Pyongyang akan mengerahkan 250 peluncur rudal berkemampuan nuklir baru ke posisi garis depan di sepanjang perbatasan dengan Korea Selatan.
Sejak awal Juni, Korea Utara juga telah mengirim ribuan balon berisi kertas bekas, pupuk kandang, dan pakaian bekas ke Korea Selatan dalam bentuk perang psikologis era Perang Dingin.
Sampah dari salah satu balon mendarat di kompleks Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol bulan lalu, yang membuat para pejabat khawatir.
Korea Utara meluncurkan sekitar 240 balon pada hari Sabtu, kata JCS dalam sebuah pesan teks kepada wartawan, dengan hanya sekitar 10 yang mendarat di Korea Selatan.
Washington dan Seoul telah meningkatkan kerja sama militer mereka sebagai tanggapan atas provokasi Korea Utara.
salah satunya dengan memperluas latihan militer dan rotasi pembom, kapal selam, dan kapal induk AS ke Semenanjung.
Bulan lalu, sekutu menandatangani pedoman pencegahan nuklir baru yang meresmikan pengerahan aset nuklir AS sebagai tanggapan atas ancaman Korea Utara.
Baca Juga: Menhan Korea Selatan: Senjata Nuklir Seoul akan Merusak Hubungan dengan AS
Selain pasukan AS dan Korea Selatan, personel dari negara-negara anggota Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya akan bergabung dalam latihan Ulchi Freedom Shield.
UNC yang dipimpin AS memainkan peran penting dalam mempertahankan dan menegakkan perjanjian gencatan senjata yang menghentikan pertempuran dalam Perang Korea 1950-53, dengan tugas-tugas yang mencakup pengendalian akses DMZ dan komunikasi dengan militer Korea Utara.
Awal bulan ini, Jerman menjadi negara anggota ke-18 yang secara resmi bergabung dengan UNC.